Di Kinilow, ada jalan yang berbentuk letter "S" yang terkenal – kira- kira di kaki Gunung Lokon. Di sana pasukan TNI bergantian berusaha terobos pertahanan Permesta tapi tidak berhasil.
Baca Juga: Menyingkap Sejarah Richard Mille, Jam Tangan Ultra Mewah Milik Sahroni yang Sempat Dijarah Warga
Setelah banyak pasukan berusaha dan gagal menembus Kinilow, pasukan KKO di bawah kendali Ali Sadikin diminta ikut menyerang. Hasilnya, mereka sukses menembus pertahanan musuh melewati jalur-jalur tikus untuk melompati daerah-daerah kritis, dan menikam pasukan Permesta dari belakang.
Taktik itu membuat pasukan Ali Sadikin berhasil merebut letter "S" Kinilow sehingga prajurit TNI seluruhnya dapat maju dengan cepat merebut Tomohon dan posisi-posisi Permesta.
Atas prestasinya itu, Ali Sadikin promosi pangkat menjadi mayor. Setelah itu, berbagai prestasi dalam medan pertempuran membuat Ali Sadikin melesat menjadi Brigadir Jenderal KKO termuda pada saat itu.
Dia terkenal sebagai ‘the boy general’, menjadi Jenderal KKO di usia 35 tahun.
Kecerdasannya membuat Ali menjadi salah satu jenderal favorit Bung Karno. Dalam jejak kariernya, ia sempat menjadi Komandan KKO, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim, dan menjadi Gubernur DKI.
"Saya berkenalan dengan Pak Ali Sadikin pada saat beliau Gubernur DKI. Bapak saya Profesor Soemitro waktu itu ada di kabinetnya Pak Harto sebagai Menteri Perdagangan," kata Presiden Prabowo Subianto di blog pribadinya.
"Ali Sadikin dan bapak saya kawan akrab. Mereka sering makan siang bersama bergantian. Satu minggu di kantor Gubernur DKI, satu minggu di kantor Menteri Perdagangan," katanya lagi.
Di luar medan tempur, Ali juga menempuh pendidikan militer kelas dunia. Tahun 1954 ia studi di sekolah di US Marine Court School di Amerika Serikat.
Kembali ke Indonesia, Ali menjadi Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan KKO. Ia mendidik generasi baru marinir dengan disiplin dan doktrin yang dibentuknya sendiri.
Baca Juga: Potret Buram Mayor Sabarudin, Tentara Psikopat Era Kemerdekaan yang Cuma Tunduk pada Tan Malaka
Sikap keras kepala dan tak kenal komprominya membawa dia ke puncak karier sebagai Deputi Panglima Angkatan Laut dan Komandan Korps Marinir sebagai Wakil Panglima KKO pada awal 1950-an.
Ia mengasah prajurit menjadi marinir tempur elite yang siap beroperasi di medan laut, pantai, dan pulau-pulau kecil yang rawan konflik. Di bawah arahannya, KKO berubah dari pasukan sporadis menjadi lembaga militer yang disiplin dan berwibawa.
Artikel Terkait
Kata Guru Besar UI Soal Kasino Legal, Singgung Cara Ali Sadikin Bangun Jakarta
Legalisasi Kasino Diusulkan: Solusi Tambahan PNBP atau Ancaman Moral dan Hukum di Indonesia?
Nyeleneh, Pengamat Ekonomi: Judi Kasino Legal, Utang Indonesia Lunas!
Gubernur Wayan Koster Tegas Tolak Kasino di Bali, Meski Ditawari Rp100 Triliun
Curhat Ali Sadikin soal Sengketa HGB Hotel Sultan: Kaget, Kecewa, dan Merasa Dikelabui Ibnu Sutowo