Baca Juga: Gatot Soebroto, Sang Penyelamat Karier Militer 'Monyet' Soeharto Akibat Kasus Beras
Alasan Presiden Prabowo Subianto menyematkan 4 bintang emas di pundak Ali Sadikin didasari sepak terjang nyata almarhum untuk Indonesia. Bukan saja saat mengangkat senjata, tapi juga di luar rekam jejak militernya.
Diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 28 April 1966, ia berhasil mengubah perwajahan Jakarta dan mencatatkan diri sebagai gubernur legendaris di Indonesia.
Arsitek Pembentukan Marinir yang Terlibat di Berbagai Palagan
Lahir di Sumedang pada 7 Juli 1926, ia dibesarkan dalam keluarga sederhana Raden Sadikin dan Itjih Karnasih.
Lingkungan membentuk karakter tegar dan pantang menyerah sejak dirinya berusia muda. Di masa penjajahan Jepang, Ali muda memperlihatkan ketertarikan yang kuat pada dunia perairan dan pelayaran.
Karena itu, pada tahun 1945 ia memutuskan masuk ke Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) bentukan Kaigun Jepang, di Semarang. Sekarang sekolah ini bernama Politeknik Ilmu Pelayaran atau PIP Semarang.
Saat Indonesia mulai berjuang merebut kemerdekaan, ilmunya di bidang pelayaran dan pengetahuannya mengenai kelautan membuat Ali cepat masuk ke dalam lingkaran strategis perjuangan.
Ali Sadikin bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut yang baru dibentuk. Dia kemudian terlibat membangun kekuatan militer laut Indonesia dari dasar.
Ia mendapat tugas membentuk Pangkalan Angkatan Laut lengkap dengan Korps Marinir di Tegal. Di masa itu belum ada Korps Marinir seperti sekarang.
Grup pasukan khusus tempur laut masih berupa angann-angan dan rencana yang terus dimatangkan. Lalu Ali terlibat dalam pembentukan Korp Komando Operasi atau KKO yang merupakan cikal bakal Korps Marinir TNI AL.
Pada Juli 1947, Ali bertugas di Pangkalan 4 Tegal, Jawa Tengah. Nama pasukannya adalah Coprs Mariniers (CM) - sekarang Korps Marinir - dan Corps Armada (CA) IV, alias Resimen Samoedra.
Saat Agresi Militer II pecah, pasukan Belanda menyerang Kota Tegal. Kemudian Ali Sadikin bersama pasukannya bergerak dari Tegal ke Pemalang.
Kemudian melalui medan tempur yang berat seperti Wonosobo dan Banjarnegara, pasukan tempur laut menggelar taktik gerilya yang lincah dan mematikan.
Artikel Terkait
Kata Guru Besar UI Soal Kasino Legal, Singgung Cara Ali Sadikin Bangun Jakarta
Legalisasi Kasino Diusulkan: Solusi Tambahan PNBP atau Ancaman Moral dan Hukum di Indonesia?
Nyeleneh, Pengamat Ekonomi: Judi Kasino Legal, Utang Indonesia Lunas!
Gubernur Wayan Koster Tegas Tolak Kasino di Bali, Meski Ditawari Rp100 Triliun
Curhat Ali Sadikin soal Sengketa HGB Hotel Sultan: Kaget, Kecewa, dan Merasa Dikelabui Ibnu Sutowo