KONTEKS.CO.ID - "Sebelum matahari terbenam, Pangkostrad harus diganti, dan kepada penggantinya diperintahkan agar semua pasukan di bawah komando Pangkostrad harus kembali ke basis kesatuan masing-masing."
Begitu perintah Presiden BJ Habibie kepada Panglima ABRI Jenderal Wiranto pada 22 Mei 1998 pagi, sehari setelah ia menjabat sebagai presiden.
Wiranto sempat memastikan perintah Presiden ketiga tersebut. "Sebelum matahari terbenam?" tanya Wiranto. "Saya ulangi, sebelum matahari terbenam!" tegas Habibie.
Baca Juga: Kisah Kivlan Zen: dari Aktivis Mahasiswa Hingga Jadi Tentara, Gagal Jadi Kopassus Gegara Makanan
"Siapa yang akan mengganti?" tanya Wiranto lagi. "Terserah Pangab," pungkas Habibie.
Dalam buku "Detik-detik yang Menentukan", Habibie menulis bahwa di Jumat pagi itu ia berencana mengumumkan susunan kabinet di Istana Merdeka. Namun presiden ke-3 RI itu terlambat satu jam. Ia baru meninggalkan kediamannya di Kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 09.00 WIB.
Saat masuk ke Istana Merdeka melalui pintu barat, Panglima ABRI Jenderal Wiranto yang sudah menunggu di depan tangga meminta izin untuk melaporkan kondisi lapangan pasca kerusuhan di Jakarta dan sejumlah kota di Indonesia.
Tetapi, alumni Akademi Militer 1968 ini meminta laporan ini disampaikan secara empat mata. Habibie setuju dan memintanya mengikuti ke ruang kerja presiden.
Dia ruangan itulah Wiranto melaporkan bahwa pasukan Kostrad di daerah bergerak masuk menuju Jakarta. Selain itu, ada konsentrasi pasukan di sekitar kediaman pribadi Habibie. Ada pula di Istana Merdeka.
Habibie lantas menyimpulkan Pangkostrad Prabowo telah bergerak sendiri tanpa sepengetahuan Pangab. Maka keluarlah perintah pencopotan Prabowo dari jabatan Pangkostrad.
Belakangan, dalam wawancara dengan Andy F Noya di Metro TV, Habibie menyebut ia tak berasumsi Pangkostrad akan melakukan kudeta. "Tapi saya berasumsi bahwa adanya gerakan yang tidak sesuai dengan struktural (struktur komando di militer)," ucap Habibie.
Habibie Kedatangan Tamu Dua Jenderal
Masih di pagi yang sama, pada pukul 06.00 WIB, dua orang jenderal datang ke kediaman Presiden Habibie. Mereka adalah Kepala Staf Kostrad (Kas Kostrad) Mayjen Kivlan Zen dan Danjen Kopassus Mayjen Muchdi PR.
Menurut Ajudan Habibie, Presiden tidak mau menerima kedua orang tersebut. Karena kedua tamu itu adalah tentara, maka Habibie memerintahkan Letjen Sintong Panjaitan - Penasihat Presiden bidang Hankam, yang menerima mereka.
Artikel Terkait
Xanana Gusmao 'Che Guevara' dari Timor Leste; Pejuang Humanis Tanpa Dendam, Bestie Habibie, Musuh Soeharto
Panglima TNI Mutasi 300 Pati TNI: Danpaspampres, Dankoopssus hingga Pangkostrad Diganti
Usai Forum Purnawirawan TNI, Muncul Wadah Purnawirawan TNI-Polri yang Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ada Wiranto Hingga Agum Gumelar
Komisi I DPR Endus Pencopotan Letjen Kunto Berbau Intervensi Politik Pihak Luar
Presiden Prabowo Terima Bintang Kebesaran Tertinggi Brunei dari Sultan Hassanal Bolkiah