• Senin, 22 Desember 2025

Nurnaningsih, Keturunan Keraton yang Jadi Bom Seks Pertama Era 1950-an, Masa Tua Miris Harta Habis 

Photo Author
- Sabtu, 23 September 2023 | 08:00 WIB
Kisah Nurnaningsih, bom seks pertama Indonesia, keturunan Raja Solo dan Jogja. (Instagram @arsip_indonesia)
Kisah Nurnaningsih, bom seks pertama Indonesia, keturunan Raja Solo dan Jogja. (Instagram @arsip_indonesia)

Baca Juga: Sakiko Kanase, Istri Jepang Soekarno yang Bunuh Diri di Kamar Mandi Karena Cemburu

Setidaknya ada 9 foto bugil Nurnaningsih karya seorang fotografer tak terkenal. Penjual mematok harga Rp200-Rp300 per lembar. Jumlah yang besar di masa itu.

Banyak yang berebut, grasak-grusuk mencari tahu pada siapa mereka bisa membeli foto Nurnaningsih. Maklum, zaman dulu belum ada link atau media sosial seperti sekarang.

Bahkan pada Oktober 1954, polisi dan kejaksaan terjun langsung bergerilya untuk memberantas penyebaran foto sang aktris di beberapa pasar gelap.

Baca Juga: Perampok Legendaris Kusni Kasdut, Pejuang Kecewa yang Memilih Jalan Dosa

Masyarakat umum sangat marah atas beredarnya foto tersebut. Mereka anggap Nurna telah melanggar nilai-nilai Timur. Masyarakat memboikot film-film Nurnaningsih, terutama di Kalimantan Timur.

Tetapi, pemain film "Klenting Kuning" ini membantah dia sendiri yang menyebarkan foto-foto sensual tersebut. Dia tidak mendapat keuntungan sama sekali dari penjualan foto-foto itu. Dia malah harus bolak-balik ke kantor polisi karena kasus tersebut.

Nurnaningsih Tak Kapok Jadi Bom Seks

Saat pementasan sandiwara 3 babak yang berjudul "Korban Revolusi" karangan Rustam Effendi P pada 27 November 1955, sang aktris menjelaskan soal viral foto tersebut.

Baca Juga: Pembunuhan Johnny Mangi, Petrus, dan Teror Dahsyat Orde Baru ke Pers Indonesia

Untuk pertama kalinya Nurnaningsih menjawab pertanyaan pers. Secara tegas Nurna mengatakan bahwa bahwa dia bersedia sekali lagi melakukan pemotretan telanjang.

“Tapi ada syaratnya, pemotretan harus di luar negeri,” tegasnya melansir dari Aneka, 1955.

Sebab dia sudah berjanji dengan pihak kepolisian bahwa dia tidak akan melakukan pemotretan tanpa busana di Indonesia.

Baca Juga: Barisan Terate, Pasukan Khusus Pelacur dan Maling Penghancur Daya Tempur Belanda

“Juga gambar itu tidak boleh beredar di Indonesia. Foto harus dalam bentuk buku serta ada keterangan bahwa foto tersebut untuk bahan studi obyek seni lukis,” tambahnya.

Nurna tidak mau terjebak lagi. Sebab di foto syur pertamanya, awalnya sang fotografer menjanjikan foto telanjangnya hanya menjadi objek studi bagi pelukis tentang anatomi tubuh perempuan yang sebenarnya. Tapi yang terjadi, foto tersebut beredar di pasar gelap tanpa seizin Nurna.

“Saya tidak digambar dengan maksud pornografis, untuk membangkitkan nafsu birahi orang, tetapi untuk seni dan keindahan,” katanya.

Baca Juga: Kisah Dualisme Merek Roti Legendaris Tan Ek Tjoan (1)

“Yang diperedarkan orang sekarang bukan gambar saya yang asli. Tetapi potret kepala saya ditempelkan kepada tubuh orang lain. Saya tahu ini dengan pasti, karena bentuk tubuh saya, achtergrond ketika saya dipotret bukan seperti gambar itu. Dan pose saya juga tidak seperti dalam potret palsu itu!”

Sepertinya berkat Nurnaningsih lah, akhirnya Indonesia punya generasi "penerus" bom seks di perfilman Indonesia. Sebut saja ada Rahayu Effendy (ibunda Dede Yusuf), Yati Octavia, Eva Arnaz, Kiki Fatmala, Sally Marcellina, dan lain-lain sampai ke generasi saat ini.

Enam Tahun Jadi Kiper

Pada 1955, Nurna merilis sebuah film berjudul "Kebun Binatang" sebelum menghilang dari sorotan media. Setelah itu ia tinggal berpindah-pindah untuk main sandiwara, melukis, dan menyanyi.

Baca Juga: Paradoks Luhut Panjaitan: Tak Pernah Telat Naik Pangkat, Namun 'Nangis' di Jabatan

Nurnaningsih menjelajahi kepulauan Indonesia selama dua belas tahun. Ia berprofesi sebagai seniman sketsa, pemain sandiwara, guru bahasa Inggris, penjahit, dan penyanyi. Bahkan selama enam tahun  menjadi penjaga gawang sepak bola.

Ia kembali ke dunia film pada 1968 dengan peran kecil dalam film "Djakarta, Hongkong, Macao".

Setelah mendapat peran kecil di sejumlah film, ia membintangi "Seribu Janji Kumenanti" pada 1972.

Baca Juga: Lagu Malam Kudus, Lahir dari Letusan Gunung Tambora dan Orgel yang Rusak

Setelah itu, Nurnaningsih lebih aktif jadi pemain pendukung di beberapa film. Salah satunya di film "Suzanna Malam Satu Suro". Nurna bermain sebagai dukun di film yang ada adegan sundel bolong main piano.

Sebagai Marilyn Monroe-nya Indonesia, ia tidak segan vakum di puncak karier. Ia lebih memilih berkelana bertahun-tahun mengelilingi Indonesia secara anonim menjadi perawat hingga guru seni.

Konon, hartanya habis dan sempat luntang lantung tidak punya tempat tinggal. Bahkan, di masa akhir hidupnya, Nurna sering numpang tinggal di Taman Ismail Marzuki (TIM).

Baca Juga: Piala Dunia 2002 Korsel dan Jepang, Kontroversi Prestasi Tertinggi dari Skandal Sepak Bola Terbesar Sepanjang Sejarah

Bercerai Berkali-Kali


-
Harta Nurnaningsih habis di masa tua. (Instagram @opickzhu/arsip_indonesia)

Selama hidupnya dia menikah dan bercerai beberapa kali. Setelah pernikahan pertamanya selesai,  dia menikah lagi dengan pelukis Kartono Yudhokusumo pada 1945. Bersama dengan Kartono, kabarnya Nurna memiliki dua orang anak, yakni Karti Yudaningsih dan Julius.

Setelah mereka bercerai pada 1952, Nurnaningsih kembali menikah dengan seorang mantan Letnan bernama Basir Ibrahim. Pasangan itu bercerai satu tahun setelah putri mereka lahir. Kemudian dia menikah lagi dengan Yan Karel Thomas, tapi kemudian juga bercerai.

Nurnaningsih mengembuskan nafas terakhir pada 21 Maret 2004, Ia meninggal dunia di usia 78 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Menteng Pulo, Jakarta.

Baca Juga: Satsus Intel, Kisah Satuan 'James Bond' Indonesia Didikan CIA, MI6, dan Mossad

Kenangan Kerabat

Masa-masa tua Nurnaningsih ternyata bahagia. Melansir dari berbagai akun Instagram, banyak kenangan indah tentang Nurnaningsih dari kerabat dan para artis Indonesia, misalnya dari akun Instagram @ita_zerlita.

"Wanita cantik ini pernah ada dalam kehidupan keluarga kami walau tidak terlalu lama. Melihat gambar sosok beliau sewaktu teman mengirim video lagu lawas yang berisi gambar2 aktris2 masa lalu. Ya, beliau salah satu aktris terkenal pada masa itu... NURNANINGSIH."

"Tante Nur, saya memanggilnya, begitu juga anak2 saya yang pada pertengahan th '70 an masih kecil2. Saya lupa awal perkenalan, tetapi setelah saya tahu bahwa beliau mengisi waktu luangnya, mencari rezeki untuk kehidupannya saat itu, dengan mengajar Bahasa Inggris, saya lalu memintanya untuk mengajar dua anak saya, bahkan juga sepupu2 anak jika lagi main kerumah. Saat itu beliau berumur 52 tahun...," tulis akun Instagram @ita_zerlita.

Baca Juga: 160 Tahun Louis Vuitton, Brand Termahal di Dunia yang Berawal dari Koper Ciptaan Gelandangan

"Beliau orang yang baik hati, santun, menyenangkan... Anak-anak suka karena sambil mengajar kadang diselingi bercerita, menyanyi, makan bersama. Datang sendiri dengan angkutan umum, jika ada mobil nganggur, anak2 minta antar T Nur pulang. Santi mengingat : 'Ma, aku ingat klu semua ikut T Nur khan badannya besar, waktu itu mobilnya Honda kecil'... Tante Nur, kami selalu ingat... RIP," tutun akun tersebut.

Aktris Dewi Irawan juga ikut menyanjungnya, "Aku manggil beliau "Bude" msh kerabat," tulisnya di Instagram @dewiirawan13.

Begitu juga dengan penyanyi dangdut Camelia Malik yang memiliki memori indah bersama Nurnaningsih, "Legendaris. Kita jg sayang sm tante Nur kt jg belajar bahasa inggris sm tante Nur. Orangnya memang BAIIIK HATI DAN SELALU TERTAWA. ALFATEHA UNTUK TANTE NURNANINGSIH," tulisnya di Instagram @cameliamalikreal.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X