• Minggu, 21 Desember 2025

Perampok Legendaris Kusni Kasdut, Pejuang Kecewa yang Memilih Jalan Dosa

Photo Author
- Minggu, 20 Agustus 2023 | 08:00 WIB
Kusni Kasdut, perampok Museum Gajah yang bikin gempar Indonesia (Dok Intisari.grid.id)
Kusni Kasdut, perampok Museum Gajah yang bikin gempar Indonesia (Dok Intisari.grid.id)

KONTEKS.CO.ID - Nama aslinya adalah Ignatius Waluyo, tetapi orang mengenalnya dengan nama Kusni Kasdut.

Nama Kusni Kasdut tenar di era 1970-an hingga 1980-lantaran melakukan perampokan yang membuat gempar seluruh Indonesia.

Kusni Kasdut dan tiga orang di bawah kepemimpinannya berhasil membawa kabur sejumlah berlian, emas, dan permata di Museum Nasional Indonesia yang kini dikenal dengan nama Museum Gajah pada Rabu, 31 Mei 1961.

Baca Juga: Kisah Kelam Isaac Newton, Jenius Sains yang Pernah Gagal dalam Investasi Saham

Tak tanggung-tanggung, barang bersejarah hasil perampokan Kusni Kasdut nilainya mencapai Rp2 miliar. Jumlah yang sangat besar pada masa itu.

Tak pelak, perampokan tersebut menjadikan Kusni Kasdut penjahat buruan nomor wahid oleh polisi di seluruh Indonesia. Namanya tenar di sejumlah surat kabar kala itu.

Namun siapa sangka, latar belakang Kusni Kasdut sebagai perampok kawakan berbeda jauh dengan masa lalunya.

Baca Juga: Benny Moerdani, Raja Intel 'Anti Islam' yang Pernah Bantu Taliban, Saat Meninggal Sempat Dikafani dan Dibacakan Yasin

Kusni Kasdut Pejuang Kemerdekaan

Sebelum namanya mejeng jadi judul besar alias 'headline' di halaman pertama surat kabar, masa lalu Kusni Kasdut sangat gemilang.

Meski tetap menjadi perampok, tapi korbannya kala itu adalah orang-orang Tionghoa yang kontra dengan kemerdekaan Indonesia. Hasilnya dia bagikan kepada pejuang kemerdekaan lainnya.

Bahkan, saat perang kemerdekaan dia berjuang di garda terdepan menghadapi penjajah. Salah satunya dalam peristiwa 10 November di Surabaya.

Baca Juga: Lagu Malam Kudus, Lahir dari Letusan Gunung Tambora dan Orgel yang Rusak

Kusni Kasdut pernah menjadi tentara di Batalyon Matsumura Malang.

Saat di militer, perampok yang bertubuh kecil itu banyak belajar. Mulai dari ilmu perang, penyamaran, hingga cara menembak.

Bahkan, Kusni Kusni Kasdut sempat masuk ke barisan pejuang Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia. Meskipun demikian, ada yang menyebut jika dia tak resmi sebagai anggota BKR.

Baca Juga: Mikhail Kalashnikov, Pencipta Senapan Serbu 'Sejuta umat' AK-47 yang Merasa Berdosa di Akhir Hidupnya

Sebagai pejuang, Kusni Kasdut juga mengalami sejumlah penderitaan akibat ganasnya agresi militer Belanda.

Kakinya pernah merasakan panasnya tembakan dan pengapnya penjara era Belanda.

Revolusi usai, cita-cita dan tekad Kusni masuk korps militer tak surut. Namun, niatnya pupus lantaran luka tembak di kaki yang menjadi alasan pihak tentara untuk menolaknya.

Baca Juga: Sakiko Kanase, Istri Jepang Soekarno yang Bunuh Diri di Kamar Mandi Karena Cemburu

Asal Kusni Kasdut

Seperti tertulis di atas, nama aslinya adalah Ignatius Waluyo. Sejumlah literatur menyebutkan bahwa Kusni Kasdut kerap mengaku berasal dari Blitar, Jawa Timur pada tahun 1929.

Namun, dalam buku berjudul 'Kusni Kasdut' karangan Parakitri T Simbolon tertulis, Kusni Kasdut bukan berasal dari Blitar atau Malang melainkan dari Kabupaten Tulungagung, tepatnya Desa Bayan Patikrejo.

Memang pada masa kecilnya, Kusni Kasdut kerap berkeliaran di Terminal Bis Kota di Malang. Dia menjajakan rokok dan permen kepada para penumpang bis yang baru datang. Saat itu, dia dan ibunya hidup menderita dan tinggal di daerah miskin di Kota Malang.

Baca Juga: Tan Malaka Ahli Penyamaran: 22 Tahun dalam Pelarian, 23 Nama Samaran

Waluyo alias Kusni Kasdut adalah anak Wonomejo dan Mbok Cilik. Sang ayah meninggal dunia saat dia berumur 5 tahun.

Dia tinggal bersama ibunya dan hidup yang sangat miskin. Ketika Jepang menjajah Indonesia, Kusni muda bergabung dengan Heiho (tentara pembantu).

Mula Perampokan Museum Gajah

Sebelum beraksi di Museum Gajah, Kusni Kasdut dan komplotan Bir Ali (Muhammad Ali) yang berasal Cikini Kecil, Menteng, Jakarta Pusat, merampok warga keturunan Arab kaya bernama Ali Badjened pada 1960.

Baca Juga: Syarifah Nawawi, Kasih Tak Sampai Tan Malaka Sang Bapak Republik

Kusni merampok Ali Badjened pada sore hari. Saat itu, Ali keluar dari rumahnya di kawasan Awab Alhajiri atau Jalan KH Wahid Hasyim, Kebon Sirih.

Ali Badjened pun tewas di tangan Kusni Kasdut yang menembaknya dari dalam mobil jip yang dikendarainya.

Sementara, perampokan Kusni Kasut di Museum Gajah bermula dari keisengan. Awalnya, Kusni masuk ke museum untuk melepas penat dan berkeliling melihat-lihat arca tanpa ada minat sedikit pun.

Baca Juga: Gaya Bisnis Starbucks, Praktik Bank Berkedok Gerai Kopi yang Menakutkan Industri Perbankan Dunia

Naluri perampoknya muncul ketika dia sampai di ruang pusaka. Darah bromocorahnya bergejolak. Pasalnya, benda-benda pusaka berupa berlian, emas dan permata membuat alir liurnya melelet.

-
Kusni Kasdut dibawa ke penjara (Dok Buku Pra Jagoan, Dari Ken Arok Sampai Kusni Kasdut)

Kemudian, Kusni Kasut membuat rencana dan mematangkannya bersama koleganya yakni Herman, Budi, dan Sumali.

Menyamar Jadi Polisi, Menembak Polisi

Bersama ketiga rekan, kalau tak bisa menyebutnya dengan 'anak buah', Kusni Kasdut berangkat dari sebuah rumah di kawasan Slipi, Jakarta Barat.

Baca Juga: Kisah Nyai Gundik Meneer Belanda, Disayang dan Terbuang

Keempatnya menyamar sebagai polisi dan menyiapkan sebuah jeep curian dengan pelat nomor palsu. Tak lupa, mereka membekali diri dengan senjata api dan belati.

Penyamaran memudahkan mereka masuk ke dalam museum meski para petugas museum heran dengan kedatangan para 'polisi' itu.

Di dalam museum, Kusni Kasdut bertingkah layaknya pengunjung biasa. Dia berkeliling mengamati dengan saksama koleksi benda-benda bersejarah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kasim Lopi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X