• Minggu, 21 Desember 2025

Syarifah Nawawi, Kasih Tak Sampai Tan Malaka Sang Bapak Republik

Photo Author
- Rabu, 16 Agustus 2023 | 08:00 WIB
Syarifah Nawawi, gadis pujaan Tan Malaka.  Sumber Foto: Youtube/Indonesia Insider
Syarifah Nawawi, gadis pujaan Tan Malaka. Sumber Foto: Youtube/Indonesia Insider

KONTEKS.CO.ID - Kisah cinta Tan Malaka sang Bapak Republik sama tragisnya dengan perjuangannya untuk republik ini. Tan tak pernah mendapatkan cinta sejatinya hingga peluru menembus tubuhnya.

Tahun 1913, Tetua Adat Nagari Pandam Gadang, Limapuluh Kota, Sumatera Barat berdebat sengit karena Ibrahim - nama asli Tan Malaka, menolak gelar Datuk. Saat itu umur Tan belum genap 17 tahun dan baru tamat dari Kweekschool Fort de Kock (Sekolah Raja Bukittinggi).

Namun dengan berat hati, Ibrahim sebagai anak tertua dari keluarga Simabur akhirnya menerima gelar Datuk, pemimpin adat tertinggi di Minangkabau. Nama lengkapnya menjadi Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka.

Baca Juga: Tan Malaka Pernah Hampir Jadi Presiden Indonesia, Ditolak Hatta, Malah Dapat Tudingan Makar

Sebagai Datuk, Tan membawahi keluarga Simabur, Piliang, dan Chaniago. Pesta penobatannya digelar tujuh hari tujuh malam.

Bukan tanpa sebab Tan Malaka menerima gelar Datuk. Ibunya, Sinah, mengultimatum Ibrahim: menerima gelar adat atau kawin! Ibrahim memilih opsi yang pertama menerima gelar Datuk.

Rupanya, Tan Malaka memilih menjadi Datuk bukan tanpa sebab. Di hati sang macan ini, begitu panggilan akrab dari teman-teman kuliahnya di Belanda, telah terukir nama seorang gadis Minang yang cantik dan pintar.

Baca Juga: Tan Malaka Ahli Penyamaran: 22 Tahun dalam Pelarian, 23 Nama Samaran

-
Syarifah Nawawi, gadis Minang yang membuat hati Tan Malaka luluh. Sumber Foto: Youtube/Indonesia Insider

Syarifah Nawawi, Cinta Pertama Tan

Dengan menerima gelar Datuk, Tan Malaka berharap kelak dapat mempersunting sang gadis pujaannya itu.

Gadis ini adalah cinta pertama dan juga cinta sejati sang Bapak Republik. Meski kemudian mimpi Tan Malaka tersebut tak pernah terwujud.

Cinta pertama Tan itu bersemi kala ia bersekolah di Kweekschool di Bukittinggi. Gadis yang mematahkan hati sang macan adalah Syarifah Nawawi.

Baca Juga: Dua Dunia Ratmi B29: Veteran Perang Peraih Bintang Gerilya Hingga Ratu Panggung Hiburan

Syarifah adalah murid angkatan tahun 1907 di sekolah yang sama. Ada 75 murid di sekolah ala Eropa ini. Menurut Gedenkboek Kweekschool 1873-1908, Syarifah dan Ibrahim angkatan 1907. Jumlah murid di kelas mereka 16 orang.

Syarifah menjadi kembangnya karena satu-satunya perempuan di sekolah itu. Nama Syarifah selalu membuat hati Tan bergetar kencang.

Ketika Tan melanjutkan sekolah di Rijkskweekschool atau sekolah pendidikan guru pemerintah Belanda, dia selalu memikirkan Syarifah. Meski terpisah jarak ribuan mil jauhnya, Tan tak pernah melupakan Syarifah. Dia rajin mengirimkan surat kepada gadis itu.

Baca Juga: Maung Bikang, Laskar Mojang Bandung yang Bikin Ciut Nyali Penjajah

Namun Syarifah tak pernah sekalipun membalas surat-surat Tan. Cinta Tan bertepuk sebelah tangan.

-

Syarifah Nawawi menikah dengan Bupati Cianjur Wiranatakoesoema. namun akhirnya cerai. Sumber Foto: Youtube/Indonesia Insider

Menikah dengan Bupati Cianjur

Sebetulnya Tan dan Syarifah bisa menjadi pasangan yang sangat serasi. Sedari muda Tan adalah anak yang jenius sehingga mendapat beasiswa ke Belanda. Sementara Syarifah yang cerdas merupakan perempuan Minang pertama yang mengecap sistem pendidikan Eropa.

Baca Juga: Barisan Terate, Pasukan Khusus Pelacur dan Maling Penghancur Daya Tempur Belanda

Syarifah lahir tahun 1896, setahun lebih tua dari Tan Malaka. Ia putri dari pasangan Nawawi Soetan Makmoer, seorang guru bahasa Melayu di Kweekschool Bukittinggi. Ibunya dari Minang bernama Chatimah. Syarifah sendiri anak keempat atau putri ketiga dari 9 bersaudara.

Bagi ayah Syarifah, pendidikan anak sangat penting. Anak-anaknya bersekolah di sekolah-sekolah Eropa yakni Europeesche Langere School (ELS), sekolah Belanda di Bukittinggi.

Setelah tamat, Syarifah melanjutkan ke Kweekschool Bukittinggi, tempat ayahnya mengajar. Setelah itu Syarifah bersama dengan saudara perempuannya Syamsiah, dikirim ayahnya ke Salemba School di Batavia untuk melanjutkan pendidikan.

Baca Juga: Nestapa The Sin Nio, Mulan Versi Indonesia yang Jadi Gelandangan di Akhir Hidupnya

Di Batavia, Syarifah akrab dengan seorang perempuan tunangan Bupati Cianjur. Dalam suatu kunjungan liburan ke Cianjur atas ajakan tunangan sang bupati itu, Syarifah akhirnya bertemu dengan Bupati yang bernama Raden Arya Wiranatakoesoema V.

Rupanya Wiranatakoesoema malah jatuh cinta kepada Syarifah. Mereka akhirnya menikah pada Mei 1916. Waktu itu Wiranatakoesoema sudah punya dua istri dan lima orang anak. Wiranatakoesoema kemudian menceraikan kedua istrinya karena ingin menikahi Syarifah.

Cerai Lewat Telegram

Namun rumah tangga Syarifah dengan Wiranatakoesoema hanya bertahan delapan tahun. Pada 17 April 1924, ketika sedang liburan bersama anak-anaknya di di Bukittinggi, ayah Syarifah menerima telegram dari Wiranatakoesoema. Telegram itu dikirim sang Bupati saat dia sedang berada di kapal laut dalam perjalanan naik haji ke Mekkah.

Baca Juga: Sejarah Rumah Sriwijaya: Monumen Keteguhan Hati Bu Fat yang Menjadi Cagar Budaya

Mien Soedarpo, anak Syarifah menceritakan isi telegram bapaknya yang melarang Syarifah pulang lagi ke Bandung. Wiranatakoesoema menolak Syarifah untuk mendampinginya sebagai Raden Ayu Bandung dengan alasan kurang luwes dengan tradisi tata hidup Sunda.

Saat itu Wiranatakoesoema sudah menjadi Bupati Bandung. Akibat perceraian yang begitu tiba-tiba dan hanya melalui telegram, Wiranatakoesoema mendapat kecaman dari banyak pihak.

Keputusannya menceraikan Syarifah menuai kecaman dari para penulis di koran Belanda dan pribumi. Kecaman bahkan datang dari Haji Agus Salim.

Baca Juga: Kisah Nyai Gundik Meneer Belanda, Disayang dan Terbuang

Dari pernikahan itu, Syarifah dikaruniai 3 orang anak yaitu Am, Nelly, dan Minarsih. Minarsih, anak bungsu Syarifah di kemudian hari dikenal sebagai Mien Soedarpo. Dia menikah dengan Soedarpo Sastrosatomo, seorang pejuang kemerdekaan dan menjadi pengusaha besar setelah Indonesia merdeka.

-
Syarifah Nawawi memimpin Sekolah Kemajuan Istri di Meester Cornelis. Sumber Foto: Youtube/Indonesia Insider

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ainurrahman

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X