• Minggu, 21 Desember 2025

Cerita Sejarah Pembentukan TNI: dari Gesekan Faksi PETA dan KNIL, Ribut Soal Gaji dan Pangkat, Hingga Adu Koboi di Pemilihan Panglima

Photo Author
- Minggu, 5 Oktober 2025 | 09:00 WIB
Kolonel Soedirman saat menandatangani pengangkatan sebagai Panglima TKR atau TNI. Foto: Mengikuti Jejak Panglima Besar (Foto: Mengikuti Jejak Panglima Besar)
Kolonel Soedirman saat menandatangani pengangkatan sebagai Panglima TKR atau TNI. Foto: Mengikuti Jejak Panglima Besar (Foto: Mengikuti Jejak Panglima Besar)

Alhasil, kepemimpinan Oerip tak berjalan mulus. Banyak pimpinan TKR di bekas daerah PETA yang belakangan tidak mengakui kepemimpinan Oerip.

Di titik kritis ini, Inggris dan Belanda bergerak semakin dalam ke berbagai wilayah Indonesia untuk membebaskan tawanan perang yang Jepang tahan.

Tak sedikit tawanan tersebut dipersenjatai ulang, sehingga membuat mereka semakin kuat. Bahkan Markas Besar TKR di Jakarta telah mereka duduki.

Dalam kondisi genting ini, para Perwira TKR meminta pemerintah segera mengangkat panglima tentara atau menteri keamanan.

Baca Juga: Sjafrie Sjamsoeddin dan Kerusuhan Mei 1998, Uji Nyali Jenderal Tampan Eks Pengawal Kesayangan Soeharto

Namun pemerintah mengabaikan permintaan itu. Oerip yang gerah lalu memanggil semua panglima divisi dan resimen TKR untuk menghadiri Konferensi Tentara Keamanan Umum TKR di Markas Besar Tentara di Yogyakarta pada 12 November 1945.

Namun menurut AH Nasution, sebenarnya Oerip mengundang seluruh wakil tentara dan laskar untuk mendiskusikan koordinasi dan strategi melawan kemungkinan agresi Belanda yang membonceng tentara Sekutu.

Sayangnya ia tak bisa memimpin rapat. “Oerip terlihat tak bisa memimpin rapat. Dia susah menguasai jalannya pembicaraan,” ucap Nasution dalam buku TNI Jilid 1.

Lalu isu rapat pun berhasil dibelokkan oleh mantan prajurit PETA bernama Holland Iskandar. Dengan dukungan peserta rapat yang didominasi mantan koleganya, ia berhasil mengambil alih pimpinan sidang.

Baca Juga: Menit-menit Mencekam Mei 1998, Saat BJ Habibie Copot Prabowo Subianto dari Pangkostrad

Lalu ia berusaha meyakinkan peserta rapat bahwa TKR membutuhkan pemimpin atau Panglima Besar. “Saya yakin mereka (kelompok PETA) sudah membicarakannya sebelum sidang. Holland Iskandar hanya sedang akting,” ungkap Nasution dalam buku Profesor Salim Said, Genesis of Power.

Dalam rapat 12 November 1945 itu, para peserta kebanyakan adalah komandan resimen yang berpangkat letnan kolonel.

Namun gelagat tidak tertib sudah tercium dalam rapat tersebut karena banyak anggota yang menenteng pistol. Rusuhnya rapat itu kemudian berusaha diatasi dengan pemungutan suara demi penentuan nama Panglima TKR.

Letjen Oerip Soemohardjo berebut kursi Panglima TKR dengan Kolonel Soedirman. (civitasbook)
 

Bahkan, eks KNIL, Didi Kartasasmita, menggambarkan rapat yang berlangsung tak ubahnya gaya koboi. “Hampir semuanya pegang senjata. Gila, sebuah pertemuan yang revolusioner,” cetusnya ke Salim Said.

Pemilihan pun berlangsung sederhana. Nama-nama calon tertulis di papan tulis. Lalu panitia menyampaikan nama calon dan pendukung mereka diminta mengacungkan tangan sebagai tanda setuju.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X