• Minggu, 21 Desember 2025

Cerita Sejarah Pembentukan TNI: dari Gesekan Faksi PETA dan KNIL, Ribut Soal Gaji dan Pangkat, Hingga Adu Koboi di Pemilihan Panglima

Photo Author
- Minggu, 5 Oktober 2025 | 09:00 WIB
Kolonel Soedirman saat menandatangani pengangkatan sebagai Panglima TKR atau TNI. Foto: Mengikuti Jejak Panglima Besar (Foto: Mengikuti Jejak Panglima Besar)
Kolonel Soedirman saat menandatangani pengangkatan sebagai Panglima TKR atau TNI. Foto: Mengikuti Jejak Panglima Besar (Foto: Mengikuti Jejak Panglima Besar)

Bagaimanapun, TKR atau pejuang adalah bekas musuh KNIL. Tatkala sudah berada di barisan yang sama, perasaan saling tidak suka maaih belum hilang.

Apalagi ada bara baru, yaitu soal gaji. Eks tentara Belanda yang bergabung ke TKR dibayar 4 gulden sepekan. Sedangkan mereka yang bertahan di KNIL mendapatkan gaji 140 gulden dalam sebulan.

Pemerintah mengakali kurangnya pendapatan anggota KNIL dengan cara menaikan pangkat mereka yang masuk TNI hingga dua tingkat.

Baca Juga: Dentuman Hidup Ozzy Osbourne, Pangeran Kegelapan Pengusung Heavy Metal yang Ngerock Hingga Ajal

Kebijakan itu jelas membuat sakit hati bekas pejuang Republik yang tak diterima masuk TNI. Mereka membayangkan bekas musuh Merah Putih yang dulu dilawannya, bukan hanya diterima dengan tangan terbuka masuk TNI, tapi juga naik pangkat hingga dua tingkat.

Regulasi ini mengundang protes di daerah sehingga memunculkan pemberontakan Ibnu Hajar di Kalimantan Selatan. Kemudian Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.

Tetapi beda lagi sudut pandang dari tentara eks KNIL. Tetap saja di mata mereka gajinya berkurang jauh dibanding saat masih menjadi tentara Belanda.

“Pangkat saya naik 2 tingkat, tapi gaji harus diturunkan dua tingkat,” ucap Otto Bojoh, menukil Indonesian Journals tahun 2004, yang pensiun sebagai Letkol TNI.

Adu Koboi di Pemilihan Panglima TKR

Gesekan panas terjadi saat pemilihan Panglima TKR guna menyikapi pasukan Belanda yang mencoba menguasai Indonesia kembali.

Baca Juga: Indonesia Pernah Hampir Punya Nuklir di Era Soekarno, Bikin Negara Tetangga Ketar-ketir

Oerip Soemohardjo awalnya dipercaya menjabat Kepala Staf TKR atau Kepala Markas Besar Umum TKR di awal pembentukan lembaga itu.

Mohammad Hatta dalam otobiografi “Untuk Negeriku” mengaku dialah yang meminta Oerip mengemban jabatan tersebut. Wapres yakin Oerip punya banyak pengalaman selaku perwira dan mampu membentuk organisasi tentara yang mumpuni.

"Cuma dia juga dari kalangan pribumi yang bisa sampai berpangkat Mayor di KNIL," tulis Hatta yang meminta Oerip menjadi Kepala Staf TKR saat Soekarno pergi ke Cianjur.

Kendati tahu mantan prajurit PETA di Jawa Tengah dan Jawa Timur tidak senang dipimpin oleh mantan KNIL, Hatta menganggap itu bukan masalah besar.

Baca Juga: Ide Gila Jenderal Prof Moestopo, Bentuk Barisan Pelacur dan Maling Hancurkan Belanda di Era Revolusi Kemerdekaan

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X