• Minggu, 21 Desember 2025

Jejak 'Korupsi Sejarah' Nugroho Notosusanto di Era Orde Baru, Fadli Zon Mengikuti?

Photo Author
- Minggu, 22 Juni 2025 | 10:49 WIB
Buku Sejarah Nasional Indonesia yang pernah ditulis Nugroho Susanto dan tim penulis lainnya. (Istimewa)
Buku Sejarah Nasional Indonesia yang pernah ditulis Nugroho Susanto dan tim penulis lainnya. (Istimewa)

KONTEKS.CO.ID - Sejarah bukan sekadar kilas balik masa lalu, melainkan arena pertarungan makna yang sangat dipengaruhi kepentingan kekuasaan.

Dalam histori Indonesia, kita sudah pernah mengetahui bagaimana narasi resmi bisa direkayasa untuk mengabdi pada kepentingan rezim.

Salah satu tokoh sentral dalam proyek kala itu adalah Nugroho Notosusanto, sejarawan militer yang menjadi arsitek narasi sejarah Orde Baru.

Baca Juga: Kisah Sri Sultan HB IX Biayai APBN dari Kocek Pribadi, tapi Tak Mau Rakyatnya Tahu

Kini, Menteri Kebudayaan Fadli Zon telah menggulirkan wacana penulisan ulang sejarah nasional. Apakah akan mengulang 'korupsi sejarah' yang sama?

Sejarawan Penuh Kontroversi

Nugroho Notosusanto (1930–1985) adalah salah seorang tokoh penting dalam dunia sejarah Indonesia, terutama pada masa Orde Baru.

Ia dikenal sebagai sejarawan militer dan birokrat budaya yang punya pengaruh besar dalam membentuk narasi sejarah versi kekuasaan.

Baca Juga: Sekelumit Cerita Saat Haji Bung Karno Ibadah Haji: dari Merangkak di Makam Nabi Muhammad SAW , Usul Pelebaran Masjidil Haram, Hingga Dapat Kiswah

Lahir di Rembang, Jawa Tengah, Nugroho mengawali kariernya sebagai akademisi di Universitas Indonesia dan kemudian menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada awal 1980-an.

Namanya melejit setelah menjadi arsitek utama narasi resmi tentang peristiwa G30S/PKI 1965.

Ia menyusun buku-buku pelajaran sejarah, membuat skenario film "Pengkhianatan G30S/PKI", dan membentuk unit sejarah militer di lingkungan TNI AD.

Baca Juga: Mengenal Profesi Gowok, Guru Seksualitas ala Jawa Tradisional: Warisan Leluhur yang Tabu Tapi Dihormati

Melalui karya-karyanya, Nugroho menampilkan militer sebagai penyelamat bangsa dan menggambarkan PKI sebagai aktor tunggal kejahatan.

Narasi ini digunakan secara masif di sekolah-sekolah dan media negara selama lebih dari dua dekade.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X