KONTEKS.CO.ID - “Jangan mengganggu suasana di jalan. Kalau mengganggu ketenteram masyarakat, lalu lintas, ada pasal tersendiri.”
Jawaban tak terlalu panjang itu menyiratkan ketegasan dari seseorang yang mengatakannya. Orang itu adalah Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin yang saat prahara Mei 1998 menjabat sebagai Pangdam Jaya.
Pada awal 1998, situasi mulai memanas di beberapa kota di Pulau Jawa. Kemudian, Panglima ABRI Jenderal Wiranto pada 14 April tahun 1998 mengirimkan telegram radio kepada semua pangdam di Indonesia. Isinya adalah mengambil alih komando dan kendali apabila huruhara tidak bisa diatasi oleh polisi.
Sejak Maret 1998, gelombang perlawanan mahasiswa terhadap rezim militer Soeharto terus meningkat dan mencapai puncaknya pada Mei 1998.
Baca Juga: Menit-menit Mencekam Mei 1998, Saat BJ Habibie Copot Prabowo Subianto dari Pangkostrad
Dan kemudian terjadilah tragedi itu. Peristiwa penembakan empat mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.
Sehari setelah tragedi Trisakti itu, kemarahan rakyat terhadap rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun pun meledak.
Di Jakarta, aksi massa dan mahasiswa bergabung di depan Universitas Trisakti dihalangi oleh aparat. Hal ini memicu amarah massa.
Sebuah truk sampah yang ada di perempatan Grogol dibakar, rambu-rambu dicabut, dan pagar pembatas jalan dicabuti. Bahkan gedung dan mobil-mobil di halaman parkir Mal Ciputra dirusak dan dibakar massa.
Provokasi terhadap rakyat berujung pada penjarahan, pembakaran, dan perkosaan. Dari yang semula hanya terjadi di sekitar Jakarta Barat, kemudian mulai merambah ke Jakarta Pusat. Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Situasi rusuh menyebar dengan cepat hampir ke seluruh penjuru Jakarta. Tidak terhitung berapa kerugian material dan korban jiwa di hari itu.
Baca Juga: Kisah Kivlan Zen: dari Aktivis Mahasiswa Hingga Jadi Tentara, Gagal Jadi Kopassus Gegara Makanan
Gubernur DKI kala itu, Sutiyoso, mencatat sebanyak 4.939 bangunan rusak dibakar dengan kerugian mencapai Rp2,5 triliun. Selain itu, 119 mobil pribadi dibakar, 1.026 unit rumah warga juga ikut hangus.