Baca Juga: Lagu Malam Kudus, Lahir dari Letusan Gunung Tambora dan Orgel yang Rusak
Saat Safrie Deg-degan Melihat Nyali Soeharto
Beberapa bulan sebelum aksi heroiknya menodongkan pistol ke perut anggota Mossad, ternyata Sjafrie juga pernah deg-degan melihat nyali bosnya, Soeharto.
Ceritanya, pada tahun 1995, Presiden Soeharto nekat mengunjungi Bosnia Herzegovina meski negara tersebut sedang berperang.
Sjafrie bercerita, saat tiba di Sarajevo -- ibu kota Bosnia Herzegovina, suasana perang begitu mencekam. Suara tembakan di kejauhan dan prajurit yang bersiaga penuh terlihat di sana-sini.
Baca Juga: Kisah Demmo dan Atax, Dua Mobnas Indonesia Pertama yang Lahir di Zaman Penjajahan Belanda
"Pak, kenapa sedang sensitif begini, Bosnia sedang kritis, Bapak datang?" tanya Sjafrie Sjamsoeddin dikutip dari buku "Pak Harto: The Untold Stories" yang disusun oleh Mahpudi dkk, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2011.
"Ya, kita kan tidak punya uang. Kita ini pemimpin negara Non-Blok tetapi tidak punya uang. Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang, ya kita datang saja. Kita tengok," kata Soeharto.
Sjafrie bertanya lagi, "Tapi, ini kan risikonya besar?"
"Ya, itu kita bisa kendalikan. Yang penting orang yang kita datangi merasa senang, morilnya naik, mereka menjadi tambah semangat," kata Soeharto.
Sebelum terbang ke Sarajevo, Presiden Soeharto menyempatkan singgah di ibu kota Kroasia, Zagreb untuk bertemu dengan presiden Kroasia Franjo Tudjman. Di Zagreb, Sjafrie mendapat informasi pesawat yang ditumpangi utusan khusus PBB, Yasushi Akashi, ditembaki saat terbang ke Bosnia.
Insiden tersebut tak membuat nyali Soeharto menjadi ciut. Pada 13 Maret 1995, Soeharto tetap nekat terbang ke Sarajevo menggunakan pesawat sewaan bikinan Rusia yang biasa digunakan oleh PBB.
Baca Juga: Ruud Gullit Si Bunga Tulip Hitam, Kisah Pesepakbola Paling Komplit Sepanjang Masa
Karena kursi terbatas, cuma dua pengawal Soeharto yang ikut mendampingi, yakni Kolonel Inf Sjafrie Sjamsoeddin dan Komandan Detasemen Pengawal Pribadi Presiden Mayor CPM Unggul K Yudhoyono.
Artikel Terkait
IMPARSIAL: Penambahan Kodam Khianati Amanat Reformasi 1998
Aktivis 98 Beri Mandat Pada AMIN, Tuntaskan Agenda Reformasi 1998
DPR Sahkan RUU TNI Jadi UU, Ini Pernyataan Lengkap Menhan Sjafrie Sjamsoeddin
Menhan Sjafrie Hargai Pandangan Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Wapres Gibran
12 Mei 1998: Jangan Lupakan Tragedi Trisakti, Pembuka Jalan Era Reformasi