Di dalam pesawat itu ikut juga Menlu Ali Alatas, mensesneg Moerdiano, Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung, kepala Badan Intelejen ABRI (BIA) Mayjen TNI Syamsir Siregar, Komandan Paspamres Mayjen Jasril Jakub, dan ajudan presiden Kolonel Sugiono.
Sesuai prosedur keamanan PBB, semua penumpang diminta mengisi formulir pernyataan risiko. Jika tidak diisi, pesawat tidak bisa berangkat.
Sjafrie mengambil dua formulir. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk Soeharto.
"Apa itu?" tanya Soeharto.
"Pernyataan risiko, tanggung perorangan, Pak," jawab Sjafrie.
Soeharto mengambil kertas formulir dari tangan Sjafie dan langsung menandatanganinya, sedangkan Sjafrie tinggal mengisi data lengkapnya. Penerbangan Zagreb-Sarajevo memakan waktu 1,5 jam.
Kira-kira setengah jam sebelum mendarat, terdengar instruksi, "Kita akan memasuki daerah yang memerlukan pengamanan, penumpang diminta memakai helm dan rompi pengaman," cerita Sjafrie. Saat itu, semua penumpang pesawat sudah memakai rompi dan helm, tinggal Soeharto yang belum.
"Ini tempat duduk, di bawahnya sudah dikasih antipeluru, belum?" tanya Soeharto kepada Sjafrie.
"Sudah, Pak. Kami tutup semua dengan balas troop, untuk mengantisipasi tembakan dari bawah," jawab Sjafrie.
"Sampingnya?"
"Juga sudah, Pak," kata Sjafrie.
Menjelang mendarat di Sarajevo, dari jendela pesawat Sjafrie melihat senjata 12.7 mm yang biasa digunakan untuk menembak jatuh pesawat terbang, berputar terus mengikuti arah pesawat rombongan Soeharto.
Artikel Terkait
IMPARSIAL: Penambahan Kodam Khianati Amanat Reformasi 1998
Aktivis 98 Beri Mandat Pada AMIN, Tuntaskan Agenda Reformasi 1998
DPR Sahkan RUU TNI Jadi UU, Ini Pernyataan Lengkap Menhan Sjafrie Sjamsoeddin
Menhan Sjafrie Hargai Pandangan Forum Purnawirawan TNI soal Pemakzulan Wapres Gibran
12 Mei 1998: Jangan Lupakan Tragedi Trisakti, Pembuka Jalan Era Reformasi