• Minggu, 21 Desember 2025

12 Mei 1998: Jangan Lupakan Tragedi Trisakti, Pembuka Jalan Era Reformasi

Photo Author
- Senin, 12 Mei 2025 | 06:00 WIB
Empat mahasiswa Universitas Trisakti yang menjadi korban keganasan aparat keamanan saat Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998. (Humas Trisaksi)
Empat mahasiswa Universitas Trisakti yang menjadi korban keganasan aparat keamanan saat Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998. (Humas Trisaksi)

KONTEKS.CO.ID - Jangan pernah melupakan Tragedi Trisakti 12 Mei 1998. Inilah sejarah kelam Indonesia yang membuka jalan era Reformasi yang kini Gen Z rasakan.

Sejarah mencatat inilah peristiwa yang membuat demokrasi berjalan semestinya di Tanah Air.

Krisis Ekonomi di Awal Tahun 1998

Pada hari Selasa 12 Mei 1998, berlangsung demonstrasi damai mahasiswa di segala penjuru Jakarta, bahkan di daerah lain. Satu kata, mahasiswa menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya.

Baca Juga: Pesan Damai Paus Leo XIV di Regina Coeli: Jangan Pernah Perang Lagi!

Mahasiswa Universitas Trisakti menjadi salah satu bagian dari aksi demonstrasi damai tersebut. Namun aksi damai mereka berujung gugurnya empat mahasiswa Trisaksi dan puluhan lainnya terluja.

Insiden ini pada akhirnya menjadi puncak dari ketegangan yang muncul sebagai ekses dari krisis ekonomi yang menghantam Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi sejak awal 1998.

Krisis ekonomi berimbas pada ketidakstabilan ekonomi yang menyebar ke seluruh Nusantara. Mahasiswa dan beragam elemen masyarakat kemudian menyuarakan ketidakpuasan rakyat terhadap kinerja Pemerintahan Soeharto.

Kronologi Tragedi Trisakti 12 Mei 1998

Mengutip laman Humas Trisakti, dipaparkan dengan jelas detik-detik kejadian berdarah itu terjadi. 

Baca Juga: KM 3 Putra Dihantam Badai Tenggelam di Bengkulu, 7 Wisawatan Tewas

Dikatakan, Selasa 12 Mei 1998, mahasiswa dari Universitas Trisakti berupaya bergabung dalam aksi demonstrasi damai menuju Gedung Nusantara DPR. Ini adalah bagian dari serangkaian aksi unjuk rasa di seluruh negeri.

Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti dimulai pukul 10.30-10.45 WIB. Mereka menggelar mimbar bebas.

Dua jam kemudian mereka bergerak melakukan longmarch menuju Gedung MPR/DPR. Namun langkah mereka teradang tepat di depan pintu masuk kantor Wali Kota Jakarta Barat.

"Mereka diadang barikade aparat dari Kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan," tulis Humas Trisakti di laman resminya.

Baca Juga: Viral Kim Seon Ho Smile Challenge Hingga Internasional, Ariana Grande Ikut Bagikan Momen!

Sejumlah wakil mahasiswa dari Senat Mahasiswa Universitas Trisakti bernegoisasi dengan Dandim Jakarta Barat saat itu, Letkol Inf A Amril dan Wakalpolres Jakarta Barat. Lalu disepakati kedua pihak untuk mundur.

Provokasi Aparat Keamanan

Pukul 17.05 WIB ketika massa mahasiswa mundur masuk kembali ke kampus, ada aparat yang meledek sehingga memancing emosi mahasiswa. Namun kemarahan mahasiswa berhasil diredam.

Dan di saat bersamaan barisan dari petugas keamanan langsung menyerang massa. Mereka menembak dan melemparkan gas air mata yang membuat mahasiswa panik berlarian ke kampus.

Kebrutalan aparat makin menjadi dengan menembak secara serampangan dan melemparkan gas air mata pada setiap sisi jalan. Bahkan melakukan pemukulan dengan pentungan dan popor senapan, menendang dan menginjak. Mereka juga melakukan pelecehan seksual terhadap para mahasiswi. 

Baca Juga: Kak Seto Pantau Langsung Anak yang Dikirim Dedi Mulyadi ke Barak Militer, Sebut Banyak Orang Salah Sangka  

Tak lama, datang pasukan bermotor beratribut rompi URC (Unit Reaksi Cepat) mengejar mahasiswa hingga ke pintu gerbang kampus dan ke jembatan layang Grogol.

Sedangkan mahasiswa dan mahasiswi yang tergeletak di tengah jalan dibiarkan begitu saja. Mereka terus menyerbu dengan melakukan penembakkan terarah ke depan gerbang Trisakti.

Petugas keamanan yang berada di atas jembatan layang dengan tepat mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang panik di dalam kampus.

Tembakan terarah mengakibatkan korban berjatuhan. Tiga orang meninggal di dalam kampus, dan satu mahasiswa lainnya tewas di rumah sakit. Dan beberapa orang kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang. 

Baca Juga: Indonesia Loloskan 4 Wakil ke Final Denmark Challenge 2025, Salah Satunya Raymond dan Joaquin

Selepas magrib tembakan mulai mereda. Mahasiswa mulai membantu mengevakuasi rekannya yang menjadi korban ke beberapa tempat yang berbeda-beda menuju rumah sakit.

Namun mereka kembali panik lantaran terlihat ada sejumlah aparat berpakaian gelap di sekitar parkir utama dan sniper di atas gedung yang masih dibangun.

Setelah negoisasi antara Dekan FE dengan Kol Pol Arthur Damanik, mahasiswa dapat pulang dengan selamat. Syaratnya, pulang dengan cara keluar dari kampus secara sedikit demi sedikit atau per 5 orang. 

Baca Juga: Soal Pemakzulan Wapres, Pengamat: Gibran Bukan Butuh Skincare Tapi Brain Care  

Mereka yang gugur adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Para korban meninggal ditembak di dalam kampus dengan area tembakan menyasar bagian vital, yakni kepala, tenggorokan serta dada.

Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 pada akhirnya menjadi pendorong bagi perubahan besar sosial politik dalam sejarah Indonesia.

Kebrutalan aparat tidak membuat mahasiswa dan rakyat takut, bahkan menguatkan tekat untuk menuntut perubahan atau reformasi.

Ini menjadikan momentum penting kejatuhan rezim otoriter Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun pascapemberontakan G30SPKI. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X