Syam Kamaruzaman Sang 'Penyelamat' Aidit
Pada Desember 1964, Wakil Perdana Menteri (Waperdam) III Chairul Saleh hampir baku pukul dengan Menteri Negara DN Aidit dalam sebuah rapat kabinet.
Chairul, tokoh Partai Murba yang antikomunis itu, menyodorkan segepok dokumen. Ia menuding Ketua PKI diam-diam merencanakan kudeta. Aidit membantah dan hampir terjadi perkelahian fisik jika Presiden Soekarno tidak melerai keduanya,
Setelah itu, sebuah tim investigasi militer mendapat mandat untuk memeriksa kesahihan tudingan Chairul. Hasilnya, PKI dinyatakan bersih dan Chairul harus meminta maaf kepada Aidit.
Baca Juga: Satsus Intel, Kisah Satuan 'James Bond' Indonesia Didikan CIA, MI6, dan Mossad
Lolosnya Aidit dari tudingan Chairul itu berkat campur tangan sebuah lembaga klandestein bentukan PKI, yakni Biro Khusus pimpinan tokoh PKI Syam Kamaruzaman. Sejak saat itulah Aidit percaya kepada unit ini.
Biro Khusus PKI terdiri atas lima orang agen inti di tingkat pusat dan tiga anggota di tiap daerah. Syam menjabat sebagai ketua, di bawahnya ada Pono (Supono Marsudidjojo) dan Bono. Dua anggota staf lainnya adalah Suwandi dan Hamim.
Syam, Pono, dan Bono memiliki kartu anggota militer dengan jabatan agen intelijen TNI. Karena itu para 'agen merah' ini sering dikira agen ganda.
Baca Juga: GANEFO, Olimpiade Ciptaan Soekarno yang Kontroversial, Bukti Ada Politik dalam Olahraga
Sebagai kedok untuk kerja-kerja intelijen mereka, sehari-hari Syam mengaku sebagai saudagar pabrik genteng PT Suseno di Jalan Pintu Air, kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Sementara Bono mengelola bengkel dinamo di Jalan Kebon Jeruk, dekat Harmoni, Jakarta Pusat. Pono punya restoran, dan Hamim mengelola satu perusahaan bus.
Tugas Biro Khusus PKI pimpinan Syam adalah memelihara dan merekrut anggota partai secara ilegal dari kalangan angkatan bersenjata. Sebagai Kepala Biro Khusus, Syam tidak boleh membeberkan identitasnya sebagai anggota PKI.
Baca Juga: Penembak Misterius, Hikayat Nyawa Murah di Era Rezim Orba Atas Nama Ketertiban
Penyamaran sempurna agen-agen Biro Khusus baru terbongkar ketika Sudjono Pradigdo, salah satu anggota Politbiro PKI, tertangkap paling awal pada Desember 1966 dan membocorkan keberadaan unit spesial ini.
Syam sendiri tertangkap oleh tentara lima bulan kemudian. Saat itulah ia mulai bercerita lebih detail soal unit rahasianya.
Beragam Versi Syam Kamaruzaman
Salim Said dalam bukunya "Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian" terbitan Mizan 2013 menyebutkan, Syam Kamaruzaman lahir pada 30 April 1924 di Tuban, Jawa Timur. Pada awalnya ia bekerja sebagai intel polisi di Pati, Jawa Tengah.
Baca Juga: Kritik Itu Haram, Bisa Jadi Serangan dan Bui! Begini Cara Rezim Orba Menghukum Para Pengkritik
Syam pertama kali bertemu dengan Aidit pada tahun 1949. Ketika itu Aidit tengah bersembunyi di Jakarta setelah peristiwa pemberontakan PKI di Madiun yang gagal pada 1948.
Aidit kemudian menawari Syam masuk PKI. Sejak 1957, Syam menjadi pembantu pribadi Aidit. Ia mengurus dokumentasi yang berhubungan dengan ideologi Marxisme-Leninisme.
Hamim, salah seorang anak buahnya dalam wawancara di seri buku Tempo "Syam, Lelaki dengan Lima Alias" mengatakan wajah bosnya itu menakutkan. "Orangnya hitam, matanya besar. Ia itu seperti militer di Biro Khusus. Ia mengutamakan sentralisme daripada demokrasi. Walaupun dia bukan militer, caranya di Biro Khusus seperti militer," tutur Hamim.
Syam dan Soeharto di Kelompok Pathuk
Namun dalam buku "Kehormatan Bagi yang Berhak, Bung Karno Tidak Terlibat G30S/PKI," tokoh PNI Manaii Sophiaan menulis versi lain tentang Syam. Nama Syam pertama kali muncul dalam masa-masa sulit di zaman pendudukan tentara Jepang.
Saat itu, anak Penghulu Pengganti di Tuban ini masih duduk di bangku sekolah dagang di Yogyakarta. Selama di Yogyakarta, Syam aktif dalam gerakan pemuda bawah tanah melawan fasisme Jepang. Guru politiknya saat itu adalah anggota Partai Sosialis, Djohan Sjahroezah dan Wijono.
Pada masa Revolusi 1945, Syam aktif dalam Kelompok Pathuk di Yogyakarta. Di tempat ini ia bertemu dan terlibat dalam jaringan Soeharto yang kemudian menggantikan Presiden Soekarno sebagai Presiden RI.
Baca Juga: Ekonomi di Rezim Orba: Cuan Tipis di Freeport, Swasembada Tapi Impor, Mobnas Gagal, KKN Merajalela
Aktivitas Syam di Pathuk ini yang di kemudian hari kerap dikait-kaitkan dengan aktivitasnya sebagai mata-mata Angkatan Darat. Ada yang menyebut Syam bekerja untuk Soeharto dalam menghancurkan PKI dan menggulingkan Soekarno dari kursi kekuasaan.
Saat terjadi perpecahaan dalam tubuh Partai Sosialis tahun 1948 antara Sutan Sjahrir dan Amir Syarifuddin, Syam berpihak ke kubu Amir Syarifuddin. Ia terlibat dalam peristiwa Madiun yang menewaskan ribuan anggota dan simpatisan PKI.
Sjam lolos dalam "pembersihan" komunis gelombang pertama di Indonesia. Ia menyusup ke Jakarta dan mengorganisir buruh pelabuhan dengan mendirikan Serikat Buruh Pelabuhan dan Pelayanan (SBPP) di Tanjung Priok. Selain Sjam, dua tokoh yang lolos dari pembersihan PKI Madiun adalah Aidit dan Lukman.
Baca Juga: Doktrin Politik Rezim Orba Melalui Film Horor dan Keruntuhan Film Indonesia Lewat Monopoli Bioskop
Pertama Kali Menyelamatkan Aidit
Ternyata bukan investigasi polisi militer terkait tudingan Chairul Saleh saja peran Syam menyelamatkan Aidit.
Saat pemberontakan PKI Madiun gagal, Aidit dan Lukman berangkat berangkat menuju ke Tanjung Priok dengan menyusup di kapal. Keduanya menyamar sebagai penumpang gelap dari Vietnam.
Aidit dan Lukman akhirnya tertangkap setibanya di Tanjung Priok karena tidak bisa menunjukkan paspor. Berkat kelihaian Syam, keduanya bisa melenggang bebas dari penahanan.
Baca Juga: Pendisiplinan Kepala ala Rezim Orba, Dari Razia Rambut Gondrong Berujung Maut Hingga Tak Boleh Punya KTP
Aidit tidak pernah melupakan keberhasilan Syam membebaskan dirinya dan Lukman. Tatkala duo Aidit-Lukman mengambil alih kepemimpinan PKI dari tangan Alimin dan Tan Ling Djie, ia merangkul Sjam ke dalam kelompoknya.
Tetapi kedekatan Aidit dengan Syam sempat menimbulkan polemik. Beberapa tokoh PKI golongan tua menilai orang ini sangat berbahaya bagi partai. Penyebabnya, para PKI tua ini mengenal sifat Sjam yang suka membual, agresif dan tidak sabar.
Namun Aidit bergeming, Ia bahkan menyerahkan kepemimpinan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) ke tangan Syam sahabatnya. Kabarnya, Aidit bahkan menyekolahkan Syam ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk mendalami pengetahuannya tentang strategi militer.
Baca Juga: Perampok Legendaris Kusni Kasdut, Pejuang Kecewa yang Memilih Jalan Dosa
Pengalaman Syam di bidang kemiliteran pada masa Revolusi 1945 saat memimpin Laskar Tani membuatnya dipercaya untuk menjalin hubungan dengan militer.
Sekembalinya Syam ke Tanah Air dari RRC, ia masuk ke dalam Komite Militer PKI yang kemudian berganti nama menjadi Biro Khusus. Di biro inilah Syam memiliki kekuasaan yang sangat luas dan besar.
Syam, Penguasa Ruang Tahanan Berkantong Tebal
Ketika tertangkap dan berada dalam penjara, Syam tidak pernah terlihat takut dalam setiap pemeriksaan. Di saat tahanan politik lain bergidik setiap kali sesi pemeriksaan datang, Syam menghadapinya dengan santai.
Artikel Terkait
Peristiwa G30S PKI, Dampak Sosial dan Politik bagi Bangsa Indonesia
G30S PKI dan Peringatan Pada Jenderal Ahmad Yani Jelang Tragedi
Tanggal 30 September Memperingati Beragam Hari Penting, Salah Satunya G30S PKI
Serangan Teroris di Dagestan, Lebih dari 15 Polisi dan Beberapa Warga Sipil Tewas
Reformasi Militer Mundur: Perluasan Jabatan Sipil Hingga Usulan Mencabut Larangan TNI Berbisnis