• Minggu, 21 Desember 2025

Mengenal GSG-9, Satuan Polisi Elite Tempat Luhut dan Prabowo Berguru Antiteror, Acuan Pendirian Sat 81 Kopassus

Photo Author
- Senin, 11 September 2023 | 23:07 WIB
Satuan Polisi Antiteror GSG-9.
Satuan Polisi Antiteror GSG-9.

Baca Juga: Misteri Kematian Tragis Ditje Budiarsih, Peragawati Cantik Keturunan Bangsawan yang Tak Pernah Terungkap

Ia sempat menjadi tawanan perang pasukan Amerika dan kemudian kembali ke Jerman Timur untuk menyelesaikan sekolahnya.

Tidak betah dengan pemerintahan komunis di Jerman Timur, Wegener kemudian melarikan diri ke Jerman Barat dan mulai bergabung dengan polisi.

Sebagai komandan pendiri GSG-9, Wegener adalah legenda penanggulangan terorisme di Jerman Barat. Banyak medan laga yang ia terjuni saat memimpin GSG-9.

Baca Juga: Gaya Bisnis Starbucks, Praktik Bank Berkedok Gerai Kopi yang Menakutkan Industri Perbankan Dunia

Sebelum mendirikan GSG-9, Wegener sendiri pernah menjalani pendidikan antiteror di SAS Inggris dan pasukan elite Israel, Sayeret Matkal. Oleh sebab itu Wagener tahu benar apa yang harus ia lakukan terhadap unit khusus ini.

Wegener merancang beberapa kurikulum pelatihan GSG-9, antara lain taktik dan metode mengamankan lokasi, membungkam target, dan mengidentifikasi pelaku. Ada pula materi melacak tersangka dan menembak tepat dari jarak jauh.

Saat Luhut dan Prabowo menimba ilmu antiteror di GSG-9, Wegener memang sudah tidak menjadi komandan. Saat itu komandan GSG-9 adalah Klaus Blatte yang sebelumnya adalah wakil Wegener.

Baca Juga: Kritik Itu Haram, Bisa Jadi Serangan dan Bui! Begini Cara Rezim Orba Menghukum Para Pengkritik

Wegener memimpin GSG-9 sejak 1972 hingga 1980. Setahun setelah Wegener lengser barulah Luhut dan Prabowo belajar di sana. Namun demikian ia tetap masih memantau perkembangan pasukan elite antiteror tersebut.

-
Kolonel Ulrich Wegener, pendiri sekaligus komandan pertama GSG-9, pada 1978.

Reputasi GSG-9 Melambung

Nama GSG-9 sendiri melambung ketika sukses menyelesaikan misi dengan sandi operasi Freurzauber atau 'sihir api' pada musim gugur 1977.

Ketika itu sekelompok teroris Palestina yang menamakan diri Komando Martir Halima membajak pesawat Lufthansa penerbangan 181 pada 13 Oktober 1977. Para teroris menyandera 86 penumpang dan lima orang awak pesawat selama empat hari dan membawa pwsawat ke Bandara Mogadishu, Somalia.

Baca Juga: Tragedi Kecelakaan Nike Ardilla: Cinta Segitiga, Konspirasi, Hingga Dugaan Keterlibatan Keluarga Cendana

Operasi pembebasan sandera dibuka dengan tembakan pengelabuan oleh Ranger Somalia dari arah depan pesawat

Tepat pukul 02.07, Ulrich Wegener dan 30 anggota GSG-9 tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam pesawat dari dua pintu darurat.

GSG-9 memulai sergapan dengan seruan berbahasa Jerman agar setiap penumpang tiarap. Mereka segera menembak orang-orang yang tetap berdiri karena tak mengerti arti seruan itu.

Baca Juga: Kisah Sedih di Balik Kesuksesan Alfred Bernhard Nobel: Pacar Dihamili Orang, Mati Dalam Kesendirian


Dalam tembak-menembak di kabin pesawat, seluruh penumpang dan tiga awak (yang tersisa) selamat. Sementara tiga dari empat pelaku tewas, dan seorang lainnya cedera.

-
Para sandera Jerman mendarat di Köln dari Mogadishu, Somalia, setelah diselamatkan pasukan elite GSG-9 pada Oktober 1977. (Foto: Picture Alliance/DPA)

Atas prestasi pembebasan pesawat yang juga diawasi perwira SAS Inggris, komandan satuan polisi khusus Israel, Tzvi War, di Tel Aviv menyebut GSG-9 sebagai pasukan antiteroris terbaik di Dunia.

Pemerintah Jerman Barat membolehkan publikasi atas operasi 'sihir api'. Namun untuk operasi-operasi yang lain, yang jumlahnya lebih besar sekitar 1.500 operasi, kepolisian Jerman sepakat untuk menutup rapat dan merahasiakannya.

Baca Juga: Satsus Intel, Kisah Satuan 'James Bond' Indonesia Didikan CIA, MI6, dan Mossad

Dalam perkembangannya, kini kepolisian Jerman melengkapi GSG-9 dengan unit kecil baru bernama Beweissicherungs und Festnahmeeinheit plus atau BFE+.

Unit tambahan ini bertugas untuk memburu kelompok teroris setelah mereka beraksi. Ini untuk menutup celah kelemahan GSG-9 yang memang khusus merespons aksi teror di lapangan.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X