Pelanggan tak ragu untuk deposit banyak uang mereka ke aplikasi maupun Kartu Starbucks. Sebab, Starbucks adalah kehidupan sehari-hari mereka.
Baca Juga: Cerita Tentang Werner Verrips, Agen CIA Perampok Javasche Bank Surabaya yang Tewas Misterius
Jika di Indonesia merasa membeli Starbucks harganya premium, tapi di Amerika atau di Eropa, pergi ke Starbucks adalah kegiatan rutin hampir setiap hari.
Mulai dari ngopi pagi hari sebelum berangkat kerja, meeting dengan rekan bisnis, sampai menunggu jemputan. Atau bahkan sekadar numpang WiFi untuk kerja.
Ini semua sudah menjadi budaya rutin buat banyak orang di dunia.
Baca Juga: Barisan Terate, Pasukan Khusus Pelacur dan Maling Penghancur Daya Tempur Belanda
Rahasia Bisnis Starbucks: Omset Setara Bank
Tahun 2011, 25% penjualan Starbucks ternyata masuk melalui deposit dari aplikasi dan kartu.
Sepuluh tahun kemudian, pengguna program ini sudah mencapai 24 juta pelanggan di AS dan Kanada. Ini belum termasuk di negara lain.
Lebih mencengangkan lagi, 45% dari total penjualan Starbucks di kedua negara berasal dari deposit aplikasi dengan nilai top-up-nya mencapai USD10 miliar.
Baca Juga: Rahasia Bisnis Teh Botol Sosro: Cicip Rasa, Promosi, dan Tak Pelit Bagi Rejeki ke Pelanggan
Dengan jumlah deposit sebanyak ini, Starbucks sudah bisa beroperasi layaknya sebuah bank.
Kok bisa kayak bank? Ingat, bank itu beroperasi dengan cara menarik dana dari masyarakat lewat tabungan. Pun pinjaman untuk melakukan pembiayaam seluruh operasi bisnisnya. Misalnya, pembiayaan KPR atau menyalurkan pinjaman ke pebisnis atau pelaku usaha yang butuh dana.
Nah, program di Starbucks juga beroperasi dengan cara yang mirip dengan bank. Yakni, saldo dari pelanggan mereka itu ibarat dana tabungan atau pinjaman dari masyarakat.
Baca Juga: Mengenal John D Arnold, Penyuka Matematika yang Jadi Legenda Trader AS di Usia Belia
Tak Perlu Bayar Bunga
Namun jeniusnya mereka, sebagai lembaga penghimpun dana tak perlu membayar bunga ke pelanggannya. Perusahaan meraup dana dari top-up deposit pada pelanggannya.
Artikel Terkait
Starbucks Luncurkan Kopi Rasa Babi, Harganya Rp150.000, Mau Coba?
Aksi Boikot Gencar, Starbucks Indonesia Batalkan 100 Gerai Baru
Starbucks Laporkan Laba Lebih Rendah di Tengah Tantangan Ekonomi, Turun 15 Persen
Laba Anjlok di Kuartal I 2024, Starbucks Ambil Langkah Ini
Masih Didera Gerakan Boikot, Kini Ratusan Gerai Tutup karena Karyawan Starbucks Mogok Kerja