• Senin, 22 Desember 2025

Gaya Bisnis Starbucks, Praktik Bank Berkedok Gerai Kopi yang Menakutkan Industri Perbankan Dunia

Photo Author
- Selasa, 15 Agustus 2023 | 08:00 WIB
Starbucks berdiri berkat guru bahasa Inggris, Jerry Baldwin; guru sejarah Zev Siegl, dan penulis Gordon Bowker. Foto: Starbucks
Starbucks berdiri berkat guru bahasa Inggris, Jerry Baldwin; guru sejarah Zev Siegl, dan penulis Gordon Bowker. Foto: Starbucks

Para pelanggan Starbucks tanpa sadar sudah menyediakan dana pinjaman segar bebas bunga senilai miliaran USD untuk Starbucks.

Starbucks bisa memanfaatkan dana tersebut untuk investasi, biaya operasional, bahkan ekspansi bisnis. Hebatnya lagi, semua dana segar itu tanpa membayar bunga sama sekali.

Baca Juga: Buronan Legendaris Eddy Sampak: Perampok Tersadis Bunuh 4 Tentara, Buron 22 Tahun, Tertangkap Saat Sudah Jadi Tokoh Agama

Mereka jenius, karena semua dana yang mengendap itu pada akhirnya bakal habis semua untuk membeli produk-produknya. Padahal kalau bank, mereka harus mengembalikan dana milik nasabahnya lengkap bersama bunganya.

Dana mengendap di Starbucks juga tak mengenal penarikan dana besaran-besaran seperti halnya bank. Sehingga mereka perlu menyiapkan alokasi cadangan.

Di gerai kopi ini, uang mengendap tak bisa ditarik. Hanya bisa untuk membeli produk-produk Starbucks.

Baca Juga: Lagu Malam Kudus, Lahir dari Letusan Gunung Tambora dan Orgel yang Rusak

Tak heran, CEO Hana Financial Group, Yoon Jong-kyoo, menyatakan bahwa Starbucks adalah bank yang tak teregulasi.

Starbucks sejak 2016 mengantongi nilai saldo mengendap selalu berada di angka lebih dari USD1 miliar (Rp15,3 triliun). Bahkan pada 2022, nilai saldo mengendapnya menembus angka USD1,723 miliar (Rp24,6 triliun).

Sekadar perbandingan, 87% bank yang ada di Amerika Serikat total asetnya tak sampai Rp24,6 triliun di tahun 2022. Ini artinya, Starbucks kalau jadi bank bakalan masuk golongan 13% bank terbesar di Amerika dari sisi aset.

Baca Juga: Erwin Rommel: Jenderal Hebat Pahlawan Jerman, Mati Menelan Kapsul Sianida Demi Melindungi Keluarga

Bisnis Perbankan Khawatir Tergerus

Ini baru aset mengendapnya atau dana yang memang belum terpakai oleh pelanggan. Kalau nilai top-up depositnya sendiri sempat mencapai USD10 miliar (Rp153 triliun) per tahun.

Terlebih, 10% dari saldo mengendap ini ternyata tak pernah terpakai. Entah kartunya hilang atau pelanggannya lupa.

Dari sini, lagi-lagi Starbucks bisa mendapatkan USD170 juta (Rp2,6 triliun) secara cuma-cuma tiap tahun melalui deposit.

Baca Juga: Nurnaningsih, Keturunan Keraton yang Jadi Bom Seks Pertama Era 1950-an, Masa Tua Miris Harta Habis 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X