Riwu pun menerima. Bukan semata karena jumlah uangnya, tetapi ia memang sudah mengagumi "Keluarga dari Jawa" yang tidak suka Belanda itu karena sama dengan sikap keluarganya. Terlebih, keluarga Soekarno adalah orang terhormat di Ende.
Sejak itu Riwu remaja pun bekerja dan tinggal di rumah tersebut. Pada akhirnya tak cuma Riwu, lima orang pekerja lain di rumah itu berasal dari Sabu. "Kamu orang Sabu semuanya baik," ujar Soekarno kepada Riwu seperti tertulis di buku "Kako Lami Angalai?".
Riwu bertugas melayani Bung Karno. Cuma dia satu-satunya yang bebas keluar masuk kamar Bung Karno dan Inggit untuk mengurus semua keperluan. Mulai dari membersihkan tempat tidur sampai melayani makan Bung Karno.
"Saya bangun sebelum Bung Karno sembahyang subuh dan menyiapkan dua gelas air minum. Satu gelas air jeruk dan satu gelas air saringan kapur sirih agar suaranya bisa menggelegar saat berpidato," kenang Riwu yang selalu dipanggil "Wo" oleh Soekarno.
Riwu tak cuma melayani di rumah. Jika Bung Karno keluar rumah lebih dari 2 km, ia pasti diajak untuk jadi pengawal. "Setiap kali kami hendak pergi, Bu Inggit selalu berpesan 'Wo, jaga Bapak baik-baik'," ujarnya. Riwu bahkan ikut bergabung dengan klub tonil bikinan Soekarno dan berperan sebagai penari Ledo, tarian perang Suku Sabu.
Janji Soekarno Menjaga Riwu yang Menyelamatkan Sejarah
Setelah empat tahun, tepatnya pada tahun 1938, misi Belanda mengasingkan Soekarno ke Ende gagal total. Alih-alih terbuang, Soekarno bahkan berhasil membangun nasionalisme baru di masyarakat NTT.
Soekarno dan Inggit serta Omi (Ratna Djuami - anak angkat mereka) sudah merasa nyaman dengan Riwu. Oleh sebab itu mereka berniat mengajak Riwu ikut ke Bengkulu, tempat pembuangan Soekarno berikutnya.
Karena Riwu dibawa dari Sabu ke Ende oleh kakak sepupunya, Susi Gadi Walu, Soekarno pun meminta izin untuk mengajak Riwu ke Bengkulu. "Izinkan saya membawa Riwu ke Bengkulen," pinta Soekarno kepada Susi. Saat datang ke rumah Susi, Soekarno menggunakan sarung, kemeja putih, dan kopiah.
Lima hari kemudian, Susi memberi jawaban bahwa Soekarno boleh mengajak Riwu dengan dua syarat. Pertama, tidak boleh memarahi Riwu. Selain itu tidak boleh memperlakukan Riwu dengan kasar.
Soekarno berjanji akan memperlakukan Riwu dengan baik, seperti adik sendiri. "Bahkan Bung Karno mengatakan, 'Jangan takut, kalau Riwu mati, saya juga mati'. Kakak saya pun mengizinkan," kenang Riwu dalam wawancara yang dimuat di Jawapos edisi 18-23 Agustus 1991.
Janji itu ditepati oleh Soekarno.
Artikel Terkait
Rangkuman Singkat Sejarah 17 Agustus, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Syakir Daulay Dituding Parodikan Teks Proklamasi untuk Promo Film, Pengurus Advokat: Ini Melecehkan!
Resmi Diluncurkan Presiden Prabowo, Ini Logo HUT ke-80 Kemerdekaan RI dan Maknanya
Para Mantan Presiden dan Wapres RI Diundang ke Upacara HUT Kemerdekaan Ke-80 RI
Lima Link Twibbon HUT ke-80 RI 2025: Rayakan Kemerdekaan dengan Gaya Digital!