• Senin, 22 Desember 2025

Mengenal Riwu Ga si ‘Angalai' Soekarno: Terompet Proklamasi dan Paspampres Pertama Indonesia yang Terlupakan

Photo Author
- Minggu, 10 Agustus 2025 | 09:00 WIB
Foto atas: Riwu Ga si terompet proklamasi tengah menggendong Guntur bersama Fatmawati (menggendong Megawati) dan Soekarno. Foto bawah: Riwu Ga bersama anaknya di hutan Gewang, pedalaman Pulau Timor. (Foto: Repro Buku Kako Lami Angalai)
Foto atas: Riwu Ga si terompet proklamasi tengah menggendong Guntur bersama Fatmawati (menggendong Megawati) dan Soekarno. Foto bawah: Riwu Ga bersama anaknya di hutan Gewang, pedalaman Pulau Timor. (Foto: Repro Buku Kako Lami Angalai)

Baca Juga: Kisah Kivlan Zen: dari Aktivis Mahasiswa Hingga Jadi Tentara, Gagal Jadi Kopassus Gegara Makanan

Pada pertengahan 1943, Famawati bersama ayah dan ibunya datang dari Bengkulen untuk dinikahkan dengan Soekarno. Setelah itu keluarga baru ini tinggal di Jl Pegangsaaan Timur 56.

Ibu rumah pun berganti dari Inggit ke Fatmawati. Awalnya Riwu agak canggung memanggil Ibu ke Fatmawati, sebab mereka sudah saling mengenal sejak masih di Bengkulen. Apalagi umur Fatmawati lebih muda dibanding Omi, anak angkat Soekarno yang jadi teman main Riwu sejak masih di Ende.

Tetapi kemudian semua berjalan normal. Tugasnya tidak berubah, sejak subuh Riwu sendiri yang merebus air dan menyiapkan minuman untuk Soekarno.

Baca Juga: Benny Moerdani, Raja Intel 'Anti Islam' yang Pernah Bantu Taliban, Saat Meninggal Sempat Dikafani dan Dibacakan Yasin

Setelah kelahiran Guntur Soekarnoputra, Riwu setiap hari menyusul Soekarno ke kantor naik oplet setelah pekerjaan rumah beres. Sekitar pukul 10 pagi. Riwu kembali ke rumah untuk mengambil air minum Soekarno.

Tatkala Soekarno pulang kerja bersama para pejabat Jepang, Riwu tetap di kantor untuk membersihkan kamar kerja Soekarno dan kemudian menyusul pulang. "Saat itu Bung Karno belum punya pengawal. Jadi saya yang melakukan segalanya, melayani, menjaga, mengawal dia. Saya harus selalu ada di samping dia," ucap Riwu.

Begitu sayangnya Soekarno kepada Riwu, sang proklamator itu sampai tahu persis gelagat Riwu jatuh cinta kepada Maria, pembantu baru asal Depok yang melayani Fatmawati. Soekarno pun menikahkan Riwu dan Maria di Jalan Pegangsaan Timur 56.

Baca Juga: Oesin Batfari, Kriminal yang Jalani Eksekusi Hukuman Mati Pertama di Indonesia

"Tentu kebanggaan tersendiri bagi saya menikah di rumah bersejarah itu. Di sanalah perpisahan dengan Ibu Inggit terjadi, di sana Guntur dilahirkan, di sana ayahanda Bung Karno R Soekemi wafat, di sana saya dinikahkan, di sana bendera pusaka dijahit oleh Bu Fatma dibantu oleh saya, di sana pula kemerdekaan diproklamasikan," tulis Peter A Rohi mengutip ucapan Riwu.

Menepi, dan Mengunci Mulut 

Sejak Bung Karno menjadi Presiden, Riwu tidak bisa lagi terlalu dekat. Bukan karena Bung Karno yang menjauh, tetapi Riwu yang tahu diri mengingat kesibukan Soekarno dan kehadiran tamu yang selalu serba resmi.

Suatu hari, sembari mengajak Riwu makan semeja, Bung Karno dengan berat hati mengatakan Riwu tidak lagi bisa bekerja menjaganya. Persoalannya sederhana, sebagai seorang presiden, pegawainya harus 'orang sekolahan'.

Baca Juga: Kisah Brutal Neo Nazi Era Kini: 10 Pembunuhan, 15 Perampokan Bank, dan Tiga Serangan Bom

Tak lama setelah itu kondisi Indonesia kacau sejak Agresi Militer Belanda pertama. Soekarno yang pindah Ke Yogyakarta bahkan sampai ditahan di Pulau Bangka. Riwu dan Maria serta anak mereka, Charles, harus berpindah-pindah dari Jakarta, Purwokerto, Magelang, Makasar, hingga kembali ke Ende.

Maria kemudian meninggal di Ende karena sakit. Riwu menjadi penjaga malam di kantor Pekerjaan umum Daerah di Flores. Tak ada orang yang tahu bahwa Riwu adalah orang terdekat soekarno selama 14 tahun.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X