• Minggu, 21 Desember 2025

Sekelumit Cerita Saat Haji Bung Karno Ibadah Haji: dari Merangkak di Makam Nabi Muhammad SAW , Usul Pelebaran Masjidil Haram, Hingga Dapat Kiswah

Photo Author
- Kamis, 5 Juni 2025 | 09:00 WIB
Potret Soekarno atau Bung Karno mengenakan pakaian ihram saat menunaikan ibadah haji tahun 1955 (Foto: Arsip Nasional)
Potret Soekarno atau Bung Karno mengenakan pakaian ihram saat menunaikan ibadah haji tahun 1955 (Foto: Arsip Nasional)

Baca Juga: Sejarah Macao Po, Pelopor Lokalisasi di Jakarta: Perempuan Sipit Didatangkan dari Makau China, Pelanggannya Pejabat Belanda dan Taipan

"Lama Bung Karno berdiri mengheningkan cipta, berdoa di samping makam Nabi Muhammad di Madinah itu, sedangkan rombongan yang sangat kecil jumlahnya itu berdiri di belakang termasuk saya,” tulis Mangil.

Apa yang dilakukan Bung Karno di depan Makam Nabi Muhammad SAW itu membuat takjub Raja Saudi.

Naik Haji dan Usulan Memperbesar Masjidil Haram

Pada 26 Juli 1955, Bung Karno dan rombongan bertolak dari Jeddah menuju Mekkah menggunakan pakaian ihram untuk umrah. Pada 28 Juli 1955 sore, Bung Karno pergi menuju Arafah untuk wukuf pada esok harinya.

Baca Juga: Benny Moerdani, Raja Intel 'Anti Islam' yang Pernah Bantu Taliban, Saat Meninggal Sempat Dikafani dan Dibacakan Yasin

Pada 29 Juli 1995 malam, Bung Karno berpindah ke Muzdalifah untuk mabit. Di sini dia mengumpulkan batu untuk melontar jumroh.

Tepat tengah malam, Soekarno menuju Mina dan pada hari Raya Idul Adha, Bung Karno melontarkan jumroh Aqobah.

Usai rangkaian lontar batu, dia dan rombongannya menuju Mekkah untuk tawaf dan sai di Masjidil Haram. Kemudian, bertolak lagi ke Mina pada 31 Juli 1955 sore.

Momen Bung Karno dan Raja Saudi, Saud bin Abdul Azis (Foto: Istimewa)

Bung Karno kembali melontar jumroh di tiga tugu Ulla, Ustho, dan Aqobah yang merupakan representasi setan yang menggoda Ibunda Hajar. Selesai tahalul dan rangkaian ibadah haji Bung Karno pun sempurna.

Bung Karno dan rombongan juga mendapat kesempatan istimewa, yakni melihat penyucian Ka'bah dan penggantian kain yang menyelimutinya, yaitu Kiswah.

Baca Juga: Kisah Kivlan Zen: dari Aktivis Mahasiswa Hingga Jadi Tentara, Gagal Jadi Kopassus Gegara Makanan

Kala itu, Bung Karno sempat mengusulkan kepada pemerintah Arab Saudi untuk memperbesar Masjidil Haram. Di mata Soekarno yang merupakan seorang insinyur bangunan, Masjidil Haram masih bisa diperbesar dan menampung lebih banyak jemaah haji yang datang.

Mendengar penjelasan Soekarno, pemerintah Arab Saudi akhirnya memperbesar Masjidil Haram seperti saat ini.

Dia juga memberikan sumbangan lain, yakni Pohon Soekarno. Ceritanya, saat datang ke Tanah Suci, Bung Karno mengusulkan kepada Raja Saud untuk melakukan penghijauan Padang Arafah. Ia lantas mengirimkan ribuan bibit pohon mimba ke Arab Saudi yang kini tumbuh subur.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X