Kivlan kecewa dengan keputusan itu, sebab yang melanggar adalah Hadi Utomo. Namun sebagai tentara ia tak berdaya melawannya.
Setelah pendaratan di Benteng Pendem, Kivlan dan Hadi pulang ke Cijantung tanpa mengenakan wing komando. Mereka harus menunggu Pelatihan Komando di tahun berikutnya agar bisa memasang wing kebanggaaan itu di dada.
Sayangnya, pada tahun 1972 jumlah personel Kopassus malah dikurangi, sebab alasannya tidak ada perang besar dan untuk menghemat keuangan negara. Pendidikan Komando baru digelar lagi tiga tahun kemudian, yaitu pada 1975.
Di markas Kopassus Cijantung, Kivlan Zen menjadi staf personel. Ia memang mengenakan baret merah, tetapi tanpa wing komando.
Kivlan lalu menemui Komandan Kompi Latihan Komando 2, Kapten Muchlis Anwar. Muchlis menasehati Kivlan agar tidak berkecil hati. "Kapten Muchli bilang hal yang kualami (tidak lulus Pelatihan Komando) bukanlah akhir dari karierku," ujar Kivlan dalam bukunya.
Muchlis menyarankan agar Kivlan pindah ke Kodam yang ada operasi militernya untuk mengembangkan karier. Akhirnya Kivlan meminta pindah ke Irian Jaya (saat ini Papua)yang saat itu masih merupakan daerah tempur. "Aku ingin membuktikan kempuan tempurku," tekad Kivlan.
Hadi Utomo sendiri mengajukan pdah ke Kodam Jaya namun ditolak oleh atasannya. Ia dan Kivlan sama-sama dipindahkan ke Kodam XVII/Cendrawasih dan bertugas di Yonif 753.
Dari batalyon yang berada tepat di puncak Bukit Mc Arthur Ifar Gunung itu, kemampuan tempur dan prestasi Kivlan pun terus melesat tinggi, bahkan pernah mendapat kenaikan pangkat luar biasa (KPLB).***
Artikel Terkait
Jenderal Kopassus Ultimatum KKB Bebaskan Pilot Susi Air dan Setop Pembantaian
Perjuangan Jenderal Kopassus Lodewijk Freidrich Paulus Menjadi Mualaf, Kini Jadi Wamenko Polkam
HUT ke-73 Kopassus Tahun 2025: Ini Tema, Logo, dan Jejak Sejarah Korps Baret Merah
8 Tuntutan Forum Purnawirawan Prajurit TNI: Copot Gibran, Reshuffle Menteri Pro-Jokowi hingga Kembali ke UUD 1945 Asli
Usai Forum Purnawirawan TNI, Muncul Wadah Purnawirawan TNI-Polri yang Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ada Wiranto Hingga Agum Gumelar