KONTEKS.CO.ID – Kecerdasan artifisial (AI) menyasar banyak bidang, termasuk kesehatan mental atau jiwa.
Mengikuti perkembangan teknologi, generasi muda kini menggunakan AI untuk menilai kondisi kesehatan mentalnya, bahkan trennya semakin meningkat.
Membaca tren tersebut, psikiater FKUI-RSCM, dr Kristiana Siste, memperingatkan bahwa praktik self-diagnosis yang kini menjadi tren berisiko menyesatkan. Sebab AI tidak selalu sanggup membaca gejala dengan benar.
Baca Juga: Jangan Tunggu Sampai Soak, Ini 8 Tips Merawat Aki Mobil Agar Tetap Awet Tanpa Masalah
Dalam Dialog Multistakeholder Towards a Smart Governance di Gedung Kemenko PMK, pada pekan ini, Siste mengatakan, banyak anak remaja dan dewasa muda kini bergantung pada chatbot untuk mencari tahu kepribadian hingga dugaan depresi.
“AI ini kan seringkali digunakan oleh gen Z dan gen Alpha untuk menanyakan ‘Aku kepribadiannya apa? Introvert atau extrovert? Aku depresi nggak sih?’” ungkapnya, mengutip Sabtu 29 November 2025.
Ia mengungkapkan, sejumlah pasien bahkan menjadikan AI sebagai tempat bercerita saat merasa kesepian. Minimnya komunikasi dalam keluarga membuat sebagian anak muda ini lebih nyaman berbagi keluhan ddengan chatbot dibanding orang terdekat.
Baca Juga: Sudah Disetujui Presiden Prabowo, Begini Hitung-hitungan UMP 2026 yang Perlu Karyawan Tahu
Siste menganggap AI dapat membantu sebagai alat screening awal, termasuk untuk mendeteksi kecanduan internet, game, dan judi online.
Namun, pihaknya menekankan bahwa hasil AI acapkali keliru atau berlebihan sehingga dilarang dijadikan dasar diagnosis.
Dirinya menyoroti fenomena pengguna yang menggunggah hasil “diagnosis” dari AI ke media sosial lalu melakukan self-treatment tanpa konsultasi dokter.
Ini adalah praktik yang berbahaya dan berpotensi memperburuk kondisi kesehatan mental.
Baca Juga: Hyundai Venue: SUV Kompak dengan Fitur Lengkap dan Desain Modern
Selain itu, ketergantungan berlebihan terhadap AI dapat membuat anak muda menarik diri dari lingkungan sosial. Sebab merasa lebih dipahami oleh chatbot.
Artikel Terkait
Kondisi Finansial Terbatas, Nunung Akui Punya Masalah Kesehatan Mental
Mengenal Abu Zayd Al-Balkhi, Psikolog Muslim Abad ke-9 dan Pelopor Kesehatan Mental
Buka Pelatihan Terapi USEFT Bagi Ditreskrimsus dan Bhayangkari, Kapolda NTT: Jaga Kesehatan Mental, Kuatkan Ketahanan Emosi
Tren Digital Detox: Kunci Menjaga Kesehatan Mental di Era Serba Online
Cara Menjaga Kesehatan Mental di Era ‘Smart Technology’ yang Semakin Menguasai Hidup