kontekstory

Kisah Sedih di Balik Kesuksesan Alfred Bernhard Nobel: Pacar Dihamili Orang, Mati Dalam Kesendirian

Kamis, 7 September 2023 | 08:00 WIB
Alfred Bernhard Nobel penggagas Hadiah Nobel. Foto: Swedish inventor and scholar Alfred Nobel.

KONTEKS.CO.ID - Alfred Bernhard Nobel terkenal dengan gagasannya melahirkan penghargaan Nobel. Namun di balik kesuksesannya sebagai peneliti, kehidupan pribadinya penuh dengan kegagalan.

Ya, perjalanan hidup Alfred Bernhard Nobel menyedihkan. Dia merasa "menyesal" dengan temuan dinamitnya yang termanfaatkan di medan perang.

Sementara kisah percintaannya suram. Orang lain 'menghamili' pacarnya.

Baca Juga: Kisah Dualisme Merek Roti Legendaris Tan Ek Tjoan (1)

Alfred Bernhard Nobel lahir pada 21 Oktober 1833 dari pasangan Immanuel dan Carolina Nobel di Stockholm, Swedia.

Dia adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Namun empat saudara meninggal saat masih anak-anak.

Darah ilmuwan dalam dirinya adalah turunan DNA sang ayah, seorang insinyur penemu.

Baca Juga: Barisan Terate, Pasukan Khusus Pelacur dan Maling Penghancur Daya Tempur Belanda

Kendati lahir dari keluarga terdidik, keluarganya tergolong miskin. Karena itu Immanuel pergi ke St Petersburg, Rusia. Di sana ia mengambil pekerjaan di bidang produksi bahan peledak.

Upayanya mengerek kehidupan istri dan empat anaknya mulai menuai keberhasilan pascapenemuan mesin bubut veneer dan torpedo. Itu sebabnya pada 1842 istri dan anak-anaknya menyusul ke Rusia.

Ayah Nobel Datangkan Guru Privat

Immanuel sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Demi mencerdaskan Nobel dan tiga saudaranya, ia mendatangkan guru privat ke rumah. Mereka juga mendapat pengajaran empat bahasa, yaitu bahasa Inggris, Prancis, Jerman, dan Rusia.

Baca Juga: Pembunuhan Johnny Mangi, Petrus, dan Teror Dahsyat Orde Baru ke Pers Indonesia

Alfred Nobel punya rekam jejak sempurna dalam mata pelajaran kimia. Di bidang ini Alfred berguru kepada ahli kimia Rusia, Nikolai Zinin.

Tak puas dengan raihan ilmu selama di Rusia, delapan tahun berselang dia memutuskan hijrah ke Paris, Prancis.

Di sana ia bertemu ilmuwan kenamaan Italia, Ascanio Sobrero, saintis penemu cairan nitrogliserin. Pertemuannya dengan Sobreno membuatnya sangat terobsesi dengan bahan peledak.

Baca Juga: Perampok Legendaris Kusni Kasdut, Pejuang Kecewa yang Memilih Jalan Dosa


-
Alfred Nobel dan ilustrasi Hadiah Nobel. (Foto: famousscientists.org)

Alfred Nobel mencoba membuat bahan peledak yang lebih aman untuk tersimpan dan mudah penggunaannya.

Pada usia 18 tahun, ia memutuskan pindah ke AS. Di tanah Amerika, Nobel menyempatkan diri menimba ilmu kepada John Ericsson. Nama ini merupakan ilmuwan berdarah Swedia-AS yang mengembangkan kapal perang USS Monitor pada masa Perang Sipil di Amerika.

Lima tahun berlalu, Alfred Nobel kembali ke Rusia untuk membantu ayahnya, Immanuel, membangun pabrik menyusul masuknya Rusia ke kancah Perang Crimea di Ukraina.

Baca Juga: Sakiko Kanase, Istri Jepang Soekarno yang Bunuh Diri di Kamar Mandi Karena Cemburu

Sayangnya Rusia kalah sehingga pabrik milik keluarganya bangkrut. Tahun 1859, ayahnya mewariskan pabrik kepada anak keduanya, Ludwig. Sementara Immanuel dan keluarga lainnya pulang kampung ke Swedia.

Penemuan Penting Tak Sengaja

Alfred Nobel sendiri memilih untuk memperdalam ilmu peledak. Khususnya penggunaan nitrogliserin yang efisien nan aman.

Penelitiannya membuahkan hasil. Pada 1863 ia menemukan detonator dan mengembangkannya dua tahun kemudian.

Baca Juga: Kisah Kelam Isaac Newton, Jenius Sains yang Pernah Gagal dalam Investasi Saham

Tetapi petaka menimpa Nobel pada 3 September 1864. Saat itu, gudang untuk mempersiapkan nitrogliserin meledak di Heleneborg. Kejadian itu menewaskan lima orang, salah satunya adalah adik laki-laki Nobel, yakni Emil.

Meski sudah menewaskan adiknya, dia tetap melanjutkan penelitian dan bisnisnya yang berkaitan peledak. Alfred Nobel mendirikan pabrik lain yang fokus menstabilkan peledak yang hasil pengembangannya.

Tahun 1866, pabriknya di Kruemmel, Jerman mengalami kecelakaan yang sangat parah.

Baca Juga: Paradoks Luhut Panjaitan: Tak Pernah Telat Naik Pangkat, Namun 'Nangis' di Jabatan

Namun secara tidak sengaja, saat proses pembersihan, Nobel menemukan peledak yang aman. Metodenya adalah mencampurkan nitrogliserin dengan berbagai jenis pasir lokal yang sangat halus dan berpori. Ini adalah kieselgur, sisa-sisa kerangka amuba purba.

Campuran beragan bahan di atas membentuk zat seperti aputty yang tidak dapat meledak dengan hanya menjatuhkan atau memanaskannya.

Nobel lalu mematenkan penemuan ini di AS dan Inggris pada 1867 dan menamakannya dinamit. Dinamit inilah yang berperan dalam upaya membuka tambang, jalan kereta, hingga senjata.

Baca Juga: Dua Dunia Ratmi B29: Veteran Perang Peraih Bintang Gerilya Hingga Ratu Panggung Hiburan

Penemuannya terus berlanjut. Tahun 1875, dia menemukan gelignite atau gelatin peledak, sebuah substansi yang jauh lebih stabil dan kuat daripada dinamit.

Puaskah Nobel? Ternyata tidak. Ia terus melakukan penelitian tentang peledak.

Setelah 10 tahun berlalu, ia mendaftarkan hak paten atas ballistite (balistit), bahan peledak yang diketahui merupakan pendahulu cordite.

Baca Juga: Gebrakan Soemarno Sosroatmodjo, Gubernur DKI Kakek Bimbim Slank Bangun Perumahan Murah di Jakarta

Berbagai penemuannya ini membuat Nobel menyandang kehormatan sebagai anggota Akademi Ilmuwan Kerajaan Swedia di 1884. Ia juga meraih predikat Doktor Kehormatan Universitas Uppsala pada 1893.

Halaman:

Tags

Terkini