• Minggu, 21 Desember 2025

Titien Sumarni Si Ratu Layar Perak: Skandal Seks, Prostitusi Artis, Guna-Guna Lalu Wafat Dalam Kondisi Miskin

Photo Author
- Sabtu, 2 September 2023 | 08:00 WIB
Skandal seks Titien Sumarni si Ratu Layar Perak. (kolase YouTube Indonesia Insider)
Skandal seks Titien Sumarni si Ratu Layar Perak. (kolase YouTube Indonesia Insider)

KONTEKS.CO.ID - Nama aktris Titien Sumarni begitu gemilang di dunia perfilman Indonesia pada tahun 1950-an. Kala itu, semua orang seperti memuja kecantikan dan akting sang aktris yang memiliki ciri khas, tahi lalat di atas bibir.

Pada saat itu, film adalah satu-satunya hiburan rakyat Indonesia di luar rumah. Sebab, televisi baru muncul 10 tahun kemudian.

Kehadiran Titien menjadi angin segar bagi jiwa-jiwa yang dahaga akan hiburan. Kehadiran bintang film Indonesia itu menggairahkan perfilman nasional yang kala itu menghadapi serbuan film Malaysia dan India.

Baca Juga: Paradoks Luhut Panjaitan: Tak Pernah Telat Naik Pangkat, Namun 'Nangis' di Jabatan

Namun sayangnya, sosok Titien melekat dengan skandal. Ia seperti memendam dendam terutama soal cinta.

Sehingga harta kekayaan dan kepopulerannya hanya berumur pendek. Akhir hidupnya pun tragis, penuh skandal dan guna-guna.

Berikut ini, kisah pilu Titien Sumarno, aktris pujaan rakyat Indonesia, pada masa itu.

Baca Juga: Kisah Dualisme Merek Roti Legendaris Tan Ek Tjoan (1)

Titien Diselingkuhi Dua Kesayangan

Cerita hidup Raden Ajeng Titien Sumarno yang lahir di Surabaya pada 15 Mei 1932 itu seperti kisah sebuah film.

Memet, ayahnya yang bekerja sebagai pembantu wedana di Surabaya meninggal saat Titien berusia tiga tahun. Tiga tahun setelah kematian ayahnya, Titien ikut ibunya, RA Sarimanah pindah ke Tasikmalaya.

Majalah Selecta edisi 4 Juli 1966 menuliskan bahwa saat duduk di SMP di Bandung, Titien yang berusia 15 tahun sudah belajar seni lakon dari sang paman, R Mustari.

Baca Juga: Kisah Kelam Isaac Newton, Jenius Sains yang Pernah Gagal dalam Investasi Saham

Sang paman bekerja sebagai pegawai negeri di Jawatan Perekonomian Tasikmalaya. Titien juga mendapat dukungan dari sang kekasih, seorang perwira militer Indonesia.

Sang kekasih pun sering datang ke rumah Mustari untuk mengencani Titien . Kala itu Titien memang menumpang tinggal di kediaman sang paman. Sang kekasih pun menjadi sangat akrab dengan keluarga sang paman.

Mendadak Titien syok saat mengetahui sang kekasih selingkuh dengan istri pamannya. Hatinya patah, dua orang kesayangannya terang-terangan berselingkuh.

Baca Juga: Kisah Receh Raja Intel Benny Moerdani Mengerjai Jenderal Tjokropranolo

Gadis itu memendam benci yang amat sangat pada sang kekasih dan istri pamannya. Usai Mustari bercerai, Titien pun bersedia menikah dengan sang paman pada 1948.

Pernikahannya kala itu sebagai balas dendam pada mantan kekasih. Saat menikah Titien masih berusia 16 tahun, sementara Mustari 32 tahun.

Titien dan Mustari memutuskan pindah ke Jakarta setelah menikah. Titien berhenti sekolah dan memutuskan untuk fokus di dunia akting.

Baca Juga: Lagu Malam Kudus, Lahir dari Letusan Gunung Tambora dan Orgel yang Rusak

Dia juga menerima pekerjaan menghibur tentara RI yang sedang berjuang dalam perang kemerdekaan.

Awal Karier yang Tak Mulus


-
Titien Sumarni jadi aktris kesayangan Soekarno. (YouTube)

Dengan bantuan jejaring sang suami, Titien dengan mudah terjun dan mendapat tawaran akting.

Majalah Selecta menulis, Mustari mengizinkan Titien terjun ke dunia gemerlap yang akhirnya malah menjerumuskannya pada skandal-skandal percintaan dengan orang-orang penting.

Baca Juga: Semarak Lebaran di Era Kolonial Pernah Jadi Silang Sengketa Elite Belanda, Ini Penyebabnya

Buku 'Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978' (1979) menuliskan bahwa seorang pegawai studio film Golden, Arrow Harun Al Rasyid, memperkenalkan Titien kepada sutradara Raden Arifin yang kala itu hendak membuat film.

Melihat Titien yang cantik alami, sang sutradara mengajaknya main film berjudul "Seruni Laju" pada 1951.

Namun, sebenarnya awal kiprahnya di dunia film tidak mulus. Titien pernah bermain dalam film-film produksi studio film raksasa Persari milik Djamaluddin Malik yang berjudul "Pengorbanan" (1952) dan "Lagu Kenangan" (1953). Djamaluddin Malik adalah ayah dari penyanyi Camelia Malik.

Baca Juga: Mikhail Kalashnikov, Pencipta Senapan Serbu 'Sejuta umat' AK-47 yang Merasa Berdosa di Akhir Hidupnya

Menurut Rd Lingga Wisjnu dalam buku "Rahasia Hidup RA Titin Sumarni" (1955), nama Titien tercoret dari Persari lantaran dia bermain sandiwara yang mendapat sponsor rokok kretek.

Belakangan Titien bisa ikut syuting di film produksi Persari selanjutnya.

Gelar Ratu Layar Perak

Namanya mulai terkenal setelah membintangi film "Putri Solo" (1953) produksi Bintang Surabaja.

Baca Juga: Sakiko Kanase, Istri Jepang Soekarno yang Bunuh Diri di Kamar Mandi Karena Cemburu

Film Putri Solo langsung mengangkat nama Titien hingga menjadi pujaan orang se-Indonesia kala itu. Bahkan, Presiden Soekarno 'tergila-gila' dengan sang aktris.

Dalam waktu singkat, popularitasnya mengalahkan aktris papan atas lainnya seperti Netty Herawati, Elya Rossa, dan lain-lain.

-
Wisjnu Mouradhy memberikan penghargaan Dunia Film Award kepada Titien Sumarni. (Foto: Dunia Film. Vol. 3. Issue 1. 1 August 1954)

Setelah itu, Titien banjir tawaran film. Dalam rentang waktu lima tahun, dia sudah membintangi 34 judul film. Wanita cantik ini pun mendapat julukan aktris terlaris saat itu.

Baca Juga: Tradisi Mudik Ada Sejak Era Majapahit, Awalnya Tidak Terkait Idul Fitri

Titien pernah mendapat julukan Ratu Layar Perak melalui angket dari majalah Dunia Film dan Kentjana pada 1954. Bahkan dia berhasil memecahkan rekor penghasilan film tertinggi di Indonesia.

Sayangnya, kekayaan dan ketenaran membuatnya lupa diri. Dia langsung mendirikan perusahaan film yang bernama Titien Sumarni Motion Pictures pada 1953.

Rumah produksi ini menghasilkan film berjudul "Putri dari Medan" (1954), "Mertua Sinting" (1954), "Sampah" (1955), dan "Saidjah Putri Pantai" (1956). Selain sebagai produser, Titien membintangi seluruh film itu.

Baca Juga: Satsus Intel, Kisah Satuan 'James Bond' Indonesia Didikan CIA, MI6, dan Mossad

Tapi dia juga tetap main di rumah produksi lainnya misalnya film "Lewat Djam Malam" (1954), sebuah film legendaris produksi Perfini pimpinan Usmar Ismail dan Persari pimpinan Djamaluddin Malik.

Namun sayang, ambisinya terhadang masalah. Titien tidak membangun studio film namun menyewa milik Perfini.

Entah mengapa, dia mangkir membayar sewa, padahal uangnya berlimpah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X