• Minggu, 21 Desember 2025

Satsus Intel, Kisah Satuan 'James Bond' Indonesia Didikan CIA, MI6, dan Mossad

Photo Author
- Senin, 28 Agustus 2023 | 18:00 WIB
Very Pelenkahu (kiri) agen lapangan Satsus Intel bersama penasehat dari Israel di Cipayung pada 1971. (Foto: koleksi Ken Conboy)
Very Pelenkahu (kiri) agen lapangan Satsus Intel bersama penasehat dari Israel di Cipayung pada 1971. (Foto: koleksi Ken Conboy)


Pada 16 Juli 1970, siswa SD bernama Timothy Pesik yang usianya sembilan tahun pulang dari sekolahnya di dekat Pecinan Jakarta

Tak jauh dari sekolah, sebuah mobil berwarna hitam berhenti mengawasi. Dua orang pemuda turun dari mobil dan menculik Timothy.

Satu jam kemudian sebuah surat tergeletak di depan rumah Timothy. Isi surat itu adalah permintaan uang tebusan sebesar Rp20 juta. Penculik mengultimatum penyerahan uang itu dalam tempo tiga hari.

Baca Juga: Pembunuhan Johnny Mangi, Petrus, dan Teror Dahsyat Orde Baru ke Pers Indonesia

Kabar penculikan itu menjadi berita besar di penjuru ibu kota. Selain Timothy anak orang terpandang, permintaan nilai tebusannya juga sangat fantastis pada masa itu.

Sayangnya, kepolisian belum memiliki sumber daya yang canggih dan mumpuni untuk melacak kasus penculikan seperti ini.

Kepala Kepolisian Metro Jaya yang kenal dekat dengan Nuril Rahman mendengar bahwa satuan yang dipimpin temannya ini punya kemampuan yang unik dan canggih. Bagi Satsus Intel sendiri, operasi "sapu bersih" adalah ajang uji coba atas kemampuan mereka.

Baca Juga: Gebrakan Soemarno Sosroatmodjo, Gubernur DKI Kakek Bimbim Slank Bangun Perumahan Murah di Jakarta

Tim Satsus Intel menyadap telepon di rumah ayah Timothy. Satuan ini juga melakukan pengintaian selama 24 jam penuh di sekitar rumah tersebut.

Satsus Intel akhirnya bisa melacak lokasi penculik lewat identifikasi percakapan telepon.

Pada 27 Juli 1970 polisi berhasil menggerebek rumah persembunyian mereka. Tim menemukan Timothy dalam keadaan selamat dan menangkap lima orang penculik dalam tempo 10 hari.

Baca Juga: Pendisiplinan Kepala ala Rezim Orba, Dari Razia Rambut Gondrong Berujung Maut Hingga Tak Boleh Punya KTP

Selain kasus penculikan, Satsus Intel juga pernah membongkar jaringan pengedar mata uang asing palsu yang dikendalikan oleh seorang warga negara AS bernama Bernard. Dia bekerja sama dengan pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa bernama Muchsin Rustandi.

Operasi bersandi "gigi palsu" ini cukup rumit karena terkait dengan politik luar negeri dan melibatkan sejumlah jenderal terpandang di Indonesia.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X