Selang beberapa waktu kemudian dilakukan penyelundupan kedua kali dengan sasaran pendaratan di Lhoknga. Senjata yang dibawa brend Inggris enam buah, cadangan laras senjata 150 pucuk dan amunisi. Penyelundupan kedua ini juga dilakukan pada malam hari.
Kembalinya Sang 'Gunung Emas'
Merujuk buku Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Istimewa Aceh (1983), Seulawah RI-001 akhirnya kembali ke tanah air pada akhir Oktober 1949.
Sebulan kemudian, pesawat itu terbang berkeliling Aceh sembari menaburkan pamflet ucapan terima kasih dari Pemerintah Republik Indonesia (RI).
Ribuan warga memadati Blang Padang. Mereka bersorak dan menangis saat pesawat yang mereka beli dengan emas dan doa itu mendarat mulus.
Momen itu menjadi salah satu adegan paling emosional dalam sejarah penerbangan Indonesia.
Sejak saat itu, Seulawah nyaris tidak pernah berhenti bekerja. Dalam buku Kronik Revolusi Indonesia Jilid IV (1948), tercatat bahwa pesawat ini sibuk mengangkut pemimpin nasional, mengirim logistik perjuangan, membawa dokumen diplomatik, hingga menjadi penghubung RI dengan dunia internasional.
Baca Juga: Pengakuan Mengejutkan Leo Wattimena, Sepak Terjang Omar Dhani, dan Jejak AURI di Balik G30S PKI
Pemuda yang Korbankan Emas dan Tanah
Di balik sumbangan Aceh, terselip nama seorang pemuda sederhana yakni Teungku Nyak Sandang bin Lamudin.
Pada usia 23 tahun, ia menjual tanah dan emas miliknya untuk membantu membeli pesawat pertama republik. Pengorbanannya menjadi simbol bahwa kemerdekaan diraih bukan hanya dengan senjata, tetapi juga lewat ketulusan rakyat.
Atas jasanya, Teungku Nyak Sandang kemudian menerima Bintang Jasa Utama dari Presiden Prabowo Subianto pada upacara di Istana Negara, pada Senin, 25 Agustus 2025 lalu.
Upacara berlangsung haru, di mana saat itu Teungku Nyak Sandang hadir dengan kursi roda. Kepala Negara bahkan rela berlutut untuk mengalungkan tanda kehormatan di lehernya.
Ketika pembawa acara menyebutkan bahwa ia berperan dalam pengadaan Seulawah RI-001, para tamu undangan berdiri dan memberikan tepuk tangan panjang, simbol penghormatan kepada seorang rakyat jelata yang memberi lebih banyak dari yang mampu diberikan negara.
Tetap Mengudara dalam Ingatan
Meski tubuh asli Seulawah tak lagi mengudara, jejaknya diabadikan melalui Monumen Pesawat Seulawah di Blang Padang, Banda Aceh, yang diresmikan pada Senin, 30 Juli 1984 oleh Panglima ABRI Jenderal Leonardus Benjamin (LB) Moerdani.
Artikel Terkait
Dakota Johnson Pimpin Kerumunan Hollywood di Konser Coldplay Pacarnya, Chris Martin, di Rose Bowl Los Angeles
Mafia Penyelundupan Diduga Kuasai Pelabuhan, Panda Nababan Tantang Kinerja Dirjen Bea Cukai Baru
Dua WNA dalam Jajaran Direksi Garuda Indonesia, Ini Nama dan Pengalamannya
Manajemen Garuda Indonesia Akui 34 Unit Pesawat Masih Terparkir dan Belum Bisa Terbang
Biaya Operasional Bengkak, Garuda Indonesia Nego Kemenhub Revisi Tarif Batas Atas Tiket Pesawat