Pertempuran sengit pun terjadi. Serdadu Jepang sempat melawan dengan menembakkan senapan mitraliur, namun akhirnya menyerah juga. Pada 1-2 Oktober 1945, sebanyak tiga peleton Jepang menyerahkan senjata mereka kepada pasukan Polisi Istimewa.
M Jasin bahkan memimpin langsung perundingan penyerahan senjata dari tentara Jepang, dengan jaminan bahwa jiwa tentara Jepang akan diselamatkan.
“Tindakan Inspektur 1 Muhammad Jasin untuk mempersenjatai rakyat perjuangan telah memberikan andil yang cukup besar dalam bergerak maju para pejuang kemerdekaan di Surabaya,” kata Jenderal TNI Terissio Terisno dalam peresmian Monumen Perjuangan Polisi Republik Indonesia, pada Minggu, 2 Oktober 1988.
Senjata-senjata itu kemudian dibagikan kepada rakyat dan pemuda, menjadi cikal bakal berdirinya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang di kemudian hari berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), embrio dari TNI.
Dari Surabaya, persenjataan hasil rampasan itu bahkan dikirim ke kota-kota lain, termasuk Bandung, dan berperan besar dalam peristiwa Bandung Lautan Api.
Saat pertempuran 10 November pecah, Jasin dan pasukan polisi istimewanya berada di garis depan. Truk dan panser mereka bergabung dalam arus massa arek-arek Surabaya.
"Kalau rakyat sedang bergerak, di tengah-tengah selalu ada truk atau panser milik pasukan polisi istimewa lengkap dengan senjata mesin," kenang Jenderal Wahyu Sudarto.
"Kalau tidak ada Pak Jasin, arek-arek Surabaya tidak bisa seperti sekarang. Beliau pemimpin pasukan tempur, kesatuannya kecil, cuma beberapa ratus orang saja. Tapi semangatnya luar biasa," pujinya lagi.
Baca Juga: Pengakuan Mengejutkan Leo Wattimena, Sepak Terjang Omar Dhani, dan Jejak AURI di Balik G30S PKI
Setali tiga uang, Bung Tomo pun mengakui hal itu. Dalam salah satu kesaksiannya, ia menyebut bahwa pasukan polisi istimewa-lah yang pertama kali memelopori perlawanan bersenjata di Surabaya.
"Untung ada pemuda M Jasin dengan pasukan polisi istimewanya yang berjiwa tempur. Mendukung dan mempelopori perjuangan di Surabaya," ujar Bung Tomo.
Kisah M Jasin diakui banyak tokoh besar, meski jarang tertulis dalam buku pelajaran sejarah. Abdul Rajab, veteran Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) sekaligus pelaku 10 November, menuturkan bahwa pasukan polisi istimewa telah bertarung dengan gagah berani melawan tentara Jepang.
Artikel Terkait
Sejarah Hari Pahlawan 10 November 1945: Jenderal Inggris dan 1.600 Tentaranya Tewas di Tangan Pejuang
Sejarah Singkat Neraka Kota Surabaya di Balik Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Detik-Detik Menegangkan Pasukan Gabungan Brimob dan TNI Evakuasi 6 Anggota Kopassus yang Dikepung Massa Rusuh SARA di Yalimo, Papua Pegunungan
Mutasi Pati dan Pamen Polri, Kapolri Bersih-Bersih Korps Brimob dan Intelkam: Dankorbrimob-Kabaintelkam Dicopot!
Hari Pahlawan 10 November 2025: Peringatan Nasional Tanpa Libur