Fathi Ghifari menambahkan persiapan menuju kejuaraan kemarin sangat intens.
Mereka menghabiskan waktu hingga larut malam untuk memastikan presentasi berjalan sempurna.
“Kami mendiskusikan hingga memperdebatkan detail terkecil, agar tidak salah di panggung. Syukurlah, meski hanya tidur satu jam, semua terbayar,” katanya.
Baca Juga: Ekspor Sawit Indonesia Melemah, India Pilih Minyak Kedelai
Richard Christophorus menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak, mulai Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hingga keluarga.
BRIN turut memberikan dukungan akademik lewat diskusi dengan para profesor, bahkan salah satu deputi BRIN berangkat ke Rusia untuk memberi semangat.
“Tanpa mereka, kami tidak akan sampai di sini,” ujar Richard.
Baca Juga: Konsumsi Sawit Domestik Indonesia Melejit, Ekspor Tertekan
Profesor Mohammad Ghozali dari Fakultas Kedokteran Unpad yang menjadi mentor tim, menilai kemenangan bukanlah tujuan utama.
Menurutnya, pencapaian ini justru membuktikan mahasiswa Indonesia mampu melahirkan inovasi bernilai global.
“Kami bersyukur bisa meraih prestasi. Ini menunjukkan mahasiswa kedokteran bisa memberi solusi untuk kesehatan astronot di luar angkasa,” katanya.
Baca Juga: Presiden Prabowo: Kesalahan Program MBG Hanya 0,00017 Persen
Kompetisi Global Hackatom 2025 diselenggarakan Rosatom, perusahaan energi atom milik Rusia, dengan tema “Empowering Better Future”.
Final diikuti tim dari Brasil, Bolivia, Hungaria, Namibia, Rwanda, Kazakhstan, Uzbekistan, Myanmar, Indonesia, dan Rusia.
Brasil keluar sebagai juara, Indonesia kedua, dan Hungaria ketiga.
Artikel Terkait
Resmi! SNBP 2026 Terapkan Syarat Baru Tes Kemampuan Akademik untuk Calon Mahasiswa
Penelitian Fenomena ‘Komunitas Marah-Marah’ di Platform X, Mahasiswa UGM Temukan Hal Mengejutkan
Resmi Dibuka! Pendaftaran KJMU Tahap II 2025 untuk Mahasiswa DKI Jakarta
Spesifikasi Laptop untuk Belajar Coding: Panduan Lengkap untuk Pemula dan Mahasiswa
Ubhara Jaya dan University of Teknology Krungthep Bangkok Siap Lakukan Pertukaran Mahasiswa