KONTEKS.CO.ID - Kisah Armaya Doremi, dulu tak bisa bahasa Inggris sama sekali, kini bisa menjadi lulusan S2 terbaik Northeastern University AS.
Ini adalah perjalanan yang tak hanya inspiratif, tetapi juga membuktikan bahwa kerja keras bisa mengubah hidup seseorang secara drastis.
Perjalanan akademiknya yang kini banyak dikenal publik berawal dari kondisi keluarga yang sederhana dan berbagai kegagalan yang ia alami bertahun-tahun.
Armaya yang lahir dan besar di Medan tumbuh dalam keluarga yang pernah jatuh bangun secara ekonomi.
Baca Juga: Sabrina Carpenter Siap Bintangi dan Produksi Film Musikal Alice in Wonderland Versi Modern
Ayahnya sempat membuka bengkel mobil, namun usaha itu terpaksa ditutup karena menurun. Kondisi tersebut membuat Armaya kecil harus ikut membantu sejak usia 15 tahun.
Dalam wawancara bersama VOA Indonesia, Armaya berkata, “Waktu itu bekerja sebagai SPG di mal, kasih-kasih brosur ke customers. Terus juga sering ikut lomba nyanyi dan hadiahnya buat bantu orangtua,” katanya seperti dikutip pada Selasa, 18 November 2025.
Meski harus bekerja, Armaya tetap memprioritaskan pendidikan.
Ia lulus D3 Pariwisata dari Universitas Sumatra Utara sebelum kemudian merantau ke Jakarta, bekerja, dan menyelesaikan pendidikan S1.
Lulus TOEFL Setelah Gagal 7 Kali
Kata kunci utama kembali muncul di bagian ini. Kisah Armaya Doremi benar-benar penuh lika-liku, terutama ketika ia mempersiapkan diri untuk studi S2 ke luar negeri.
Kala itu, Armaya juga pernah ditawari melanjutkan kuliah ke Melbourne.
Baca Juga: Menteri UMKM Tegaskan Pentingnya Perkuat Skema Penyaluran dan Penjaminan KUR
Namun karena nol kemampuan bahasa Inggris, ia mengikuti kursus selama 10 bulan. Walaupun begitu, hasilnya tidak langsung mulus.
Dalam video di kanal YouTube Northeastern University, Doremi mengakui, “Saya belajar bahasa Inggris setiap malam, mengatasi tantangan belajar bahasa kedua yang membuat saya meneteskan air mata dan penyesalan. Namun saya tidak pernah menyerah,” katanya dalam video yang diunggah Selasa, 18 November 2025.
Ia menceritakan bagaimana ia mempraktikkan bahasa Inggris secara ekstrem, bahkan kepada benda mati.
“Saya berbicara dengan cermin, dengan tembok, dengan rekan percakapan saya,” katanya lagi dalam kesempatan yang sama.
Setelah tujuh kali gagal, ia akhirnya lolos TOEFL dan mulai mendaftar ke kampus impiannya.
Baca Juga: Pencarian Korban Longsor Cilacap Jalan Terus: 7 Warga Masih Hilang, BNPB Kebut Pembangunan Huntara
Sempat Tertipu Agen, Namun Tetap Berhasil Masuk Northeastern
Walaupun sudah memenuhi syarat bahasa, perjalanan menuju Northeastern University tidak langsung mulus. Ia justru menjadi korban penipuan agen pendidikan.
“Dibohongi sama agency, uangnya dilarikan. Katanya mau daftarin ke Northeastern, ternyata enggak daftar tapi uangnya diambil,” ucapnya dalam wawancara.
Baca Juga: MK Larang Anggota Polri Aktif Duduki Jabatan Sipil, KPK Masih Lakukan Kajian Mendalam
Beruntung, Armaya tetap bisa mendaftar mandiri dan diterima melalui program Global Pathways, jalur khusus bagi mahasiswa internasional yang memenuhi syarat akademik tetapi belum cukup kuat dalam kemampuan bahasa Inggris.
Tahun 2018 ia akhirnya menginjakkan kaki di Boston, menghadapi perbedaan budaya, cuaca ekstrem, hingga masalah kesehatan akibat suhu dingin.
Artikel Terkait
Bobibos, Bahan Bakar Nabati Buatan Indonesia: Murah, Ramah Lingkungan, dan Siap Kurangi Ketergantungan Energi Fosil
Jadi Wisudawan Doktor Fisika Termuda ITB, Jessie Manopo Ungkap Rahasia Lulus di Usia 25 Tahun dan Karier Periset di Jepang
Bobibos, Inovasi Bahan Bakar dari Jerami Karya Anak Bangsa: Murah, Ramah Lingkungan, dan Siap Saingi BBM
Bobibos Siap Diproduksi Massal Tahun Depan: Dilirik Luar Negeri, Pertamina Siap Kolaborasi
Gol Rizky Ridho Masuk Nomine Puskas Award 2025, Ini Komentar dan Suasana Hatinya Bersaing dengan Bintang Dunia