KONTEKS.CO.ID – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melihat kinerja ekspor sawit Indonesia melambat tahun lalu.
Hal ini terjadi ketika harga sawit melampaui minyak nabati lain dan pembeli global beralih ke alternatif yang lebih murah.
Eddy Martono, Ketua Gapki, mengingatkan bila ekspor terhambat program biodiesel domestik, pasokan minyak nabati global bisa terganggu.
Baca Juga: Konsumsi Sawit Domestik Indonesia Melejit, Ekspor Tertekan
“Kalau ekspor dibatasi, harga bisa melonjak lebih tinggi,” katanya dalam webinar pada Senin 29 September 2025.
“Jadi perlu ada keseimbangan antara pasokan dalam negeri dan ekspor,” ia menambahkan.
Diungkapkan Eddy, China dan India tetap menjadi pasar utama ekspor sawit Indonesia.
Baca Juga: Presiden Prabowo: Kesalahan Program MBG Hanya 0,00017 Persen
Namun, pengiriman ke India turun tajam sepanjang paruh pertama 2025.
“Ekspor ke India turun 28 persen secara tahunan di semester pertama,” ucap Eddy.
Sementara Indef Senior Economist, Fadhil Hasan, menyebut penurunan itu akibat sensitivitas harga.
Baca Juga: Selegram Lisa Mariana Sudah Dua Minggu Cerai, Kini Cari Pria Kaya
“Ketika harga sawit lebih tinggi atau sama dengan minyak nabati lain, India beralih ke alternatif, terutama minyak kedelai,” jelasnya dalam forum yang sama.
Data Oil World menunjukkan konsumsi minyak nabati India terus meningkat hingga mendekati 25 juta ton per tahun.
Artikel Terkait
Pemerintah Tambah Lahan Sawit buat Agrinas, Kini Mencapai 1,5 Juta Hektare
Indonesia Ubah Limbah Sawit Jadi Bioetanol untuk Percepat Transisi Energi
Indonesia Selalu Menang Gugatan atas Uni Eropa, Soal Sawit Sudah Empat Kali!
Indonesia Bisa Tuntut Uni Eropa untuk Status ‘Risiko Nol’ Sawit
Lonjakan Harga Sawit Mengintai, Indonesia Diminta Hentikan Moratorium Perkebunan