KONTEKS.CO.ID - Indonesia mencatat rekor kemenangan beruntun dalam gugatan terhadap Uni Eropa (UE) di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Gugatan ini khususnya terkait kebijakan perdagangan yang menyangkut kelapa sawit.
Terbaru, putusan WTO pada 2025 menyatakan kriteria keberlanjutan dalam Renewable Energy Directive II (RED II) milik UE bersifat diskriminatif terhadap sawit.
Baca Juga: Muncul Isu Dapur Makan Bergizi Gratis Fiktif, BGN Beri Penjelasan
Para pengamat menilai, hambatan perdagangan yang dibangun UE perlahan tapi pasti dibongkar melalui serangkaian keputusan WTO.
Kondisi ini bisa mengancam kelanjutan penerapan European Union Deforestation Regulation (EUDR).
Hal itu terutama jika UE memberikan perlakuan khusus kepada produsen Amerika Serikat.
Baca Juga: Huawei Watch Ultimate 2, Smartwatch Premium dengan Fitur Canggih buat Si Petualang
Meski sudah ditekan secara hukum, implementasi perubahan dari pihak UE disebut masih berjalan lambat.
Penundaan penerapan EUDR dari 31 Desember 2024 menjadi 30 Desember 2025 memberi sedikit ruang lega bagi industri.
Namun, ketidakpastian tetap tinggi dengan tenggat waktu kurang dari empat bulan.
Baca Juga: Resmi Dibuka! Pendaftaran KJMU Tahap II 2025 untuk Mahasiswa DKI Jakarta
Sejak 2017, Indonesia sudah empat kali memenangkan sengketa sawit melawan UE di WTO. Berikut datanya:
- 2017: Menang gugatan terhadap bea masuk biodiesel UE
- 2018: Bea antidumping sawit Indonesia dinyatakan melanggar aturan perdagangan
- 2025: Panel WTO menyatakan kriteria RED II diskriminatif terhadap sawit
- 2025: Bea imbalan terhadap biodiesel Indonesia dinyatakan melanggar hukum perdagangan internasional
Konsultan perdagangan dan keberlanjutan, Khalil Hegarty, menilai pola diskriminasi UE semakin jelas.
Artikel Terkait
Kesepakatan Baru, Nilai Perdagangan Uni Eropa dan Indonesia Diprediksi Tembus Rp986 Triliun
Sudah Capai Kesepakatan Dagang, Indonesia Masih Dibayangi Aturan Anti-Derofestasi Uni Eropa
WTO Resmi Hantam Subsidi Perikanan Ilegal, Duit Haram USD22 Miliar Jadi Biang Kerok Laut Sekarat
Juru Bicara Uni Eropa Bicara soal Kesepakatan Dagang dengan Indonesia
Sembilan Petani Perempuan Indonesia Suarakan Dampak Regulasi Uni Eropa di Brussel