KONTEKS.CO.ID - Tangan keras Presiden AS Donald Trump juga menghantam alat kampanye media Amerika di seluruh dunia, Voice of America (VOA).
Laman France 24, Minggu 16 Maret 2025, melaporkan, lebih dari 1.300 karyawan Voice of America diliburkan pada hari Sabtu kemarin.
Trump juga menyetop pendanaan untuk dua layanan berita AS yang menyiarkan ke rezim otoriter. Ini terjadi sehari setelah Donald Trump memerintahkan pembubaran perusahaan induk outlet media tersebut.
Baca Juga: Berkah Ramadan, IOH Berdayakan Marbot di Seluruh Tanah Air
Didirikan pada 1942, VOA menyiarkan dalam hampir 50 bahasa dan menjangkau lebih dari 326 juta orang setiap minggunya.
Pemerintahan Trump pada hari Sabtu memberhentikan jurnalis di Voice of America dan penyiar lain yang didanai AS. Ia secara tiba-tiba membekukan outlet yang telah berdiri selama puluhan tahun dan telah lama dianggap penting untuk melawan serangan informasi Rusia dan China.
Ratusan staf di VOA, Radio Free Asia, Radio Free Europe, dan outlet lainnya menerima email akhir pekan. Email berbunyi mereka akan dilarang masuk ke kantornya dan harus menyerahkan kartu pers dan perlengkapan yang dikeluarkan kantor VOA.
Baca Juga: Klub Malam di Makedonia Utara Kebakaran, 59 Pengunjung Tewas dan 150 Orang Lebih Terluka
Trump, yang telah mengecam keras badan bantuan global AS dan Departemen Pendidikan, pada hari Jumat mengeluarkan perintah eksekutif yang mencantumkan Badan Media Global AS sebagai salah satu "elemen birokrasi federal yang telah ditetapkan presiden sebagai tidak diperlukan".
Kari Lake, pendukung Trump yang ditugaskan untuk memimpin badan media tersebut, dalam email mengatakan, uang hibah federal tidak lagi menjalankan prioritas badan tersebut.
Gedung Putih mengatakan pemotongan tersebut akan memastikan pembayar pajak tidak lagi terikat pada propaganda radikal. Hal itu menandai perubahan nada dramatis terhadap jaringan yang didirikan untuk memperluas pengaruh AS di luar negeri.
Baca Juga: Pembahasan RUU KUHAP, Maqdir Ismail Saran Proses Penyidikan di Kepolisian, Kejaksaan Fokus di Penuntutan
Pejabat pers Gedung Putih Harrison Fields menulis "selamat tinggal" pada X dalam 20 bahasa, sebuah sindiran terhadap liputan multibahasa media tersebut.
Direktur VOA, Michael Abramowitz, mengatakan, ia termasuk di antara 1.300 staf yang diberi cuti pada hari Sabtu.
"VOA membutuhkan reformasi yang matang, dan kami telah membuat kemajuan dalam hal itu. Namun, tindakan hari ini akan membuat Voice of America tidak dapat menjalankan misi pentingnya," katanya di Facebook, seraya mencatat bahwa liputannya – dalam 48 bahasa – menjangkau 360 juta orang setiap minggu.
Baca Juga: Revisi UU TNI Pembangkang Terhadap Komitmen HAM Internasional
Pimpinan Radio Free Europe/Radio Liberty, yang mulai mengudara ke blok Soviet selama Perang Dingin, menyebut pembatalan pendanaan sebagai hadiah besar bagi musuh-musuh Amerika.
"Para ayatollah Iran, pemimpin komunis China, dan para otokrat di Moskow dan Minsk akan merayakan kematian RFE/RL setelah 75 tahun," kata presidennya, Stephen Capus, dalam sebuah pernyataan.***
Artikel Terkait
Hakim AS Izinkan Donald Trump Laksanakan Program Pensiun Dini Pegawai Federal
Kena Palak Donald Trump, AS Minta 50 Persen Saham Sumber Daya Mineral Ukraina
Ekonomi AS Terancam! Panic Buying dan Inflasi Jadi Efek Domino Kebijakan Tarif Donald Trump
Dibenci Donald Trump tapi Disukai ASN di Indonesia, Begini Skema FWA yang Berlaku
Viral, Reaksi Tak Terduga Donald Trump saat Wajahnya Dipukul Wartawan