KONTEKS.CO.ID - Kebijakan tarif impor yang digencarkan oleh Presiden Donald Trump mulai menimbulkan efek domino bagi perekonomian Amerika Serikat (AS).
Laporan terbaru CreditCards.com mengungkap bahwa satu dari lima warga AS kini membeli lebih banyak barang dari biasanya karena takut harga akan naik.
Mengutip Reuters, Rabu, 19 Februari 2025, fenomena panic buying ini mencerminkan meningkatnya kecemasan konsumen terhadap potensi lonjakan harga akibat kebijakan perdagangan yang tidak menentu.
Baca Juga: 'Tertawa atau Panik?' Penjahat di Busan Korsel Rampok Bank dengan Pistol Air Berbentuk Dinosaurus
Tarif impor yang diterapkan Trump berdampak pada biaya barang yang lebih tinggi, sehingga perusahaan harus memilih antara menanggung beban tambahan atau meneruskannya kepada konsumen.
Hal ini berpotensi memicu inflasi lebih luas, terutama di sektor yang bergantung pada bahan dan komponen dari luar negeri.
Dari Tisu Toilet hingga Barang Elektronik, Warga AS Berburu Stok
Kekhawatiran terhadap kenaikan harga telah membuat banyak warga AS memborong barang dalam jumlah besar.
Baca Juga: 5 Alasan Drakor Study Group Wajib Ditonton, Rating IMDb Tembus 8,6!
Barang yang paling banyak diserbu adalah makanan yang tahan lama, tisu toilet, perlengkapan medis, serta barang elektronik yang bergantung pada komponen impor.
Dalam survei yang dilakukan CreditCards.com, sebanyak 22% responden menyatakan tarif Trump sangat memengaruhi keputusan belanja mereka.
Sementara itu, 30% lainnya mengaku tarif memiliki dampak moderat terhadap kebiasaan belanja mereka.
Namun, dampak dari panic buying ini tidak selalu positif. Laporan tersebut juga mencatat bahwa satu dari lima warga AS menganggap pembelian mereka sebagai ‘pengeluaran yang sia-sia’, sementara 23% lainnya memperkirakan mereka akan mengalami kesulitan dalam membayar kartu kredit akibat pengeluaran yang membengkak.
Baca Juga: Sudan Membara! Pasukan Mohamed Hamdan Dagalo Bantai Ratusan Warga Sipil Tanpa Ampun
“Ketakutan akan kenaikan harga sering kali memicu perilaku konsumtif yang tidak rasional. Konsumen cenderung membeli dalam jumlah besar karena kecemasan akan masa depan ekonomi yang tidak pasti,” demikian isi laporan CreditCards.com.
Artikel Terkait
Ekonom Sebut Imbas Inflasi AS Turun, Rupiah Menguat 97 Poin di Bawah Rp16.000
Indikasi Inflasi AS Melemah, Bitcoin Melesat ke Level Rp1,139 Miliar
Akhirnya Inflasi Tipis-Tipis Terjadi di Bulan Oktober Setelah Deflasi Sejak Mei 2024
Kena Palak Donald Trump, AS Minta 50 Persen Saham Sumber Daya Mineral Ukraina
Trump Intervensi Kasus Korupsi, Jaksa Federal AS Ramai-Ramai Mundur