• Minggu, 21 Desember 2025

Tarif Indonesia ke AS Turun Jadi 19 Persen, Harga Tempe dan Mi Instan Belum Tentu Turun

Photo Author
- Jumat, 18 Juli 2025 | 22:01 WIB
Mie Instan (Unsplash.com)
Mie Instan (Unsplash.com)

KONTEKS.CO.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan baru yang menurunkan tarif impor bagi barang-barang asal Indonesia dari 32% menjadi 19%.

Keputusan ini merupakan bagian dari kesepakatan dagang jumbo antara kedua negara, dengan nilai komitmen pembelian produk pertanian AS oleh Indonesia mencapai USD4,5 miliar.

"Mereka akan membayar 19% dan kami tidak akan membayar apa pun... kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia, dan kami memiliki beberapa kesepakatan yang akan diumumkan," ujar Trump, pada Selasa 15 Juli 2025, dilansir Reuters.

Baca Juga: Ojol Demo Tolak Jadi Pegawai, Ini Alasan Mereka

Kesepakatan tersebut menyertakan pembukaan pasar Indonesia untuk berbagai produk pertanian AS, termasuk kedelai dan gandum. Namun, pengamat menilai pengaruhnya terhadap harga pangan seperti tempe, tahu, hingga mie instan masih terbatas.

Tidak Semua Tarif Tinggi

Data World Integrated Trade Solution (WITS) menunjukkan bahwa sejumlah produk pertanian utama seperti kedelai benih (HS 120110) memang sudah memiliki tarif 0% sejak 2022.

Artinya, kebijakan baru ini tidak akan berdampak pada penurunan harga kedelai konsumsi secara langsung.

Baca Juga: Bukit Asam Alokasikan 563 Juta Ton Batu Bara untuk Hilirisasi: Fokus Produksi DME hingga Ammonia

Namun, produk turunan kedelai seperti minyak kedelai mentah (HS 150710) yang sebelumnya dikenakan tarif 19,1%, dan minyak kedelai olahan (HS 150790) sebesar 9,55%, kini akan mendapatkan dampak signifikan.

Kedua komoditas ini penting sebagai bahan baku pakan ternak dan industri makanan olahan.

Sementara itu, tepung gandum (HS 110100) sebelumnya hanya dikenai tarif 1,13%. Dengan penurunan menjadi 0%, efeknya terhadap harga produk berbasis gandum seperti roti dan mie instan dinilai kecil.

Posisi Australia Masih Kuat

Baca Juga: 5 Nilai Utama BRILiaN Way Menuju One of The Most Profitable Bank in Southeast Asia

Meski tarif dari AS kini 0%, faktor geografis tetap jadi penentu. Australia, sebagai pemasok utama gandum Indonesia, masih mendominasi karena jaraknya lebih dekat, biaya pengiriman lebih murah, dan waktu tempuh yang lebih cepat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan lebih dari 60% impor gandum Indonesia masih berasal dari Australia. Sebaliknya, untuk kedelai, AS menguasai hampir 90% pasokan, dengan volume mencapai 2,5-2,6 juta metrik ton per tahun menurut data USDA.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X