Dengan demikian, tarif 0% pada produk turunan kedelai dari AS dinilai lebih berdampak ketimbang gandum. Meski demikian, efek terhadap harga bahan makanan pokok seperti tahu dan tempe diprediksi tetap stabil, karena bahan baku utamanya memang sudah bebas tarif sejak lama.
Strategis, Bukan Populis
Ekonom menyebut kesepakatan ini lebih bersifat strategis dalam mempererat hubungan dagang RI-AS dan mendukung sektor industri hilir, ketimbang sekadar upaya menurunkan harga komoditas di tingkat konsumen.
“Efeknya tak akan langsung terasa di dapur rumah tangga. Tapi industri olahan dan pakan ternak akan menikmati keuntungan dari penurunan tarif ini,” ujar seorang ekonom pertanian dari LPEM UI saat dimintai tanggapan.
Kebijakan ini datang di tengah tahun politik, menjelang pergantian pemerintahan di kedua negara. Namun di balik simbol persahabatan dagang, terdapat pertanyaan mendasar tentang daya saing, keberlanjutan pasokan, dan ketergantungan pangan dari luar negeri.
Tarif 0% untuk produk pertanian AS ke Indonesia memang membawa angin segar bagi pelaku industri. Tapi bagi masyarakat umum, harga tahu, tempe, mie instan, dan roti kemungkinan besar belum akan mengalami perubahan signifikan dalam waktu dekat. Faktor logistik, musim panen global, dan stabilitas pasokan tetap menjadi penentu utama harga. ***
Artikel Terkait
Resep Mudah Mie Nyemek Pedas, Enak dan Cepat! Olahan Mie Instan yang Menggugah Selera
Insight perilaku Konsumsi Gen Z Selama Ramadan, Benarkah Mie Instan Jadi Menu Wajib?
Dengarkan Duplik Tom Lembong, Majelis Hakim Tipikor Minta Waktu Putuskan Vonis Dugaan Korupsi Impor Gula
Indonesia Bidik Empat Negara untuk Impor Sapi Perah, demi Susu dan Daging
Terungkap Isi Obrolan Donald Trump dan Presiden Prabowo via Telepon Soal Tarif Impor 19 Persen