Selain PT Food Station Tjipinang Jaya, ada tiga perusahaan yang diduga terlibat yakni, Wilmar Group, PT Belitang Panen Raya, dan PT Sentosa Utama Lestari (Japfa Group).
Amran sebelumnya menjelaskan indikasi awal adanya dugaan pengoplosan beras terungkap dari anomali harga di pasar.
Pada dua bulan terakhir, harga beras di tingkat petani dan penggilingan turun. Tetapi harga di tangan konsumen naik.
Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional meningkat 14 persen atau 3 juta ton lebih.
Lalu ia mengecek terhadap 268 merek beras di 10 provinsi penghasil utama. Kemudian pengeckan itu hasilnya diuji pada 13 laboratorium, termasuk Sucofindo.
Baca Juga: Pemerintah AS Diminta Mengenakan Tarif Panel Surya dari Indonesia
Dan benar saja. Hasil uji memperliharkan sekitar 85% produk tidak sesuai standar. Sejumlah produk juga dijual produsen dengan berat kemasan kurang dari yang tertera.
Akibat praktik tersebut, potensi kerugian negara diyakini mencapai Rp99 triliun dalam satu tahun.
Menjalin kerja sama dengan Satgas Pangan dan Kementerian Perdagangan, mereka juga menemukan hasil temuan dengan angka pelanggaran serupa. Sebanyak 90 persen dari sampel yang diuji tak sesuai standar.***
Artikel Terkait
Beras Oplosan, Amran: Sudah Ngaku Salah, Tarik Produk Bermasalah dan Menggantinya dengan yang Sesuai Standar
Skandal Beras Oplosan Menguak: DPR Geram, Rp99 Triliun Melayang, Siapa yang Bermain di Balik Layar?
Soal Beras Oplosan, Menteri Pertanian Serahkan Data 212 Merek ke Polisi: Biar Kapok!
Kapolri Update Perkara Beras Oplosan, Lanjut atau Setop Tergantung Hasil Ini
Minta Tanggung Jawab, Mentan Amran Desak Produsen 212 Merek Turunkan Harga Beras di Bawah HET