• Senin, 22 Desember 2025

Warna-warni Sejarah Skincare Sejak 10.000 SM, Bahkan Ada yang Terbuat dari Racun

Photo Author
- Sabtu, 14 Oktober 2023 | 08:00 WIB
Sejarah skincare mulai dari Cleopatra VII hingga Ratu Elizabeth I. (kolase Ratu Elizabeth I/Foto: Lukisan William Faithorne/www.artuk.org/6557056/pixabay/
Sejarah skincare mulai dari Cleopatra VII hingga Ratu Elizabeth I. (kolase Ratu Elizabeth I/Foto: Lukisan William Faithorne/www.artuk.org/6557056/pixabay/

KONTEKS.CO.ID - Kosmetik atau skincare memiliki sejarah yang sangat panjang selama berabad-abad. Kini, sangat mudah menemukan produk kosmetik yang berbahan alami dan aman untuk kulit. Padahal di masa lampau, sebagian besar produk skincare terbuat dari bahan-bahan berbahaya.

Sejarah Skincare di Dunia Kuno

Menurut literasi, skincare atau kosmetik berasal dari Mesir Kuno sekitar 10.000 SM. Kala itu, kosmetik merupakan bagian penting dari kebersihan dan kesehatan masyarakat Mesir. Penggunaan kosmetik di Mesir tidak mengenal gender.

Pria dan wanita di Mesir Kuno menggunakan minyak wangi dan salep untuk membersihkan kulit mereka sekaligus melembutkan dan melindungi kulit dari teriknya matahari serta angin kering di Mesir.

Baca Juga: Marietje van Oordt, Perempuan Cantik Tokoh Kriminal Kelas Satu Zaman Hindia Belanda dengan Korban Orang Besar

Minyak wangi berguna untuk menutupi bau badan. Bahan dasarnya pun beragam, mulai dari mur, thyme, marjoram, chamomile, lavender, lily. Ada pula peppermint, rosemary, cedar, mawar, lidah buaya, minyak zaitun, minyak wijen, dan minyak almond. Kebanyakan parfum digunakan orang Mesir untuk mengikuti ritual keagamaan.

Melansir dari howstuffworks.com, masyarakat Mesir memilih kosmetik berupa eyeliner berwarna gelap untuk mata.

Selain untuk mempercantik wajah, orang Mesir percaya bahwa tata rias tersebut bisa menangkal kejahatan. Eyeliner kohl asli terbuat dari campuran timah hingga abu, tembaga, atau bahkan almond.

Baca Juga: Kisah Tim Hantu Argentina di Kualifikasi Piala Dunia 1974: Menderita di Tilcara dan Peru, Beberapa Jadi Legenda di Piala Dunia 1978

Laki-Laki Mesir Wajib Pakai Kosmetik


-
Laki-laki Mesir Kuno juga memakai kosmetik. (kulturologia.ru)

Melansir howstuffworks.com, sebelum meninggalkan rumah untuk bekerja sehari atau pergi ke pesta atau perayaan, sudah biasa bagi seorang pria bangsawan Mesir untuk berhias.

Mode yang tren di Kerajaan Lama (2650 hingga 2134 SM) adalah eye shadow zamrud mentah yang terbuat dari perunggu (tembaga karbonat).

Selain itu, orang Mesir kelas atas secara teratur akan memakai wig wangi dan jenggot palsu dari rambut manusia. Sedangkan warga kelas bawah akan mengenakan rambut ekstensi palsu yang terbuat dari serat nabati.

Baca Juga: Toyota, Sejarah yang Berawal dari Mesin Tenun Buatan Sakichi Toyoda, Anak Tukang Kayu dan Petani Miskin Jepang

Secara sosial, kosmetik dan aksesori mencerminkan peringkat seseorang di Mesir kuno, seperti saat ini ketika menggunakan tas branded menjadi simbol status.

Bagian dari Kompensasi Pekerja Mesir

Skincare juga hal penting bagi kelas buruh. Produk skincare masuk dalam tuntutan buruh Mesir Kuno ketika mereka melakukan aksi mogok kerja.

Sebelumnya pemerintah kerajaan memasok mereka dengan semua kebutuhan dasar seperti daging, biji-bijian, dan sayuran sebagai imbalan atas keringat mereka. Suatu ketika, biji-bijian pasokan pemerintah tidak tiba sesuai jadwal. Hal itu membuat para pejabat juga menahan pengiriman minyak pijat.

Baca Juga: Sejarah Sepak Bola Indonesia, Wadah Pergerakan Melawan Penjajah yang Pernah Dibekukan FIFA

Karena para buruh menganggap balsem berminyak penting untuk kesejahteraan mereka, dan tanpa itu, mereka pun berhenti bekerja dan menuntut intervensi pemerintah.

Bukan hanya minyak pijat, tetapi juga minyak dan yang melindungi kulit orang Mesir dari panas terik dan sinar matahari delta Sungai Nil dan menenangkan otot-otot mereka yang sakit.

Para majikan biasanya memasukkan minyak tersebut sebagai bagian dari kompensasi pekerja. Bahkan kadang-kadang diberi wewangian atau lotion kental.

Baca Juga: Titien Sumarni Si Ratu Layar Perak: Skandal Seks, Prostitusi Artis, Guna-Guna Lalu Wafat Dalam Kondisi Miskin

Kondisi tersebut menggambarkan bagaimana pentingnya produk perawatan tubuh dan kulit atau skincare untuk orang-orang pada zaman itu.

Sejarah Skincare di Cina, Jepang, dan Yunani


-
Sejarah skincare di Cina. (adrian/pixabay)

Pada 3000 SM, orang Cina menggunakan kosmetik sebagai representasi kelas sosial. Bangsawan dinasti Chou memakai emas dan perak.

Sedangkan bangsawan berikutnya memakai warna hitam atau merah. Masyarakat kelas bawah dilarang memakai warna-warna cerah pada kuku mereka.

Baca Juga: Bing Slamet, Seniman Legendaris yang Pernah Jadi Agitator Incaran Tentara Jepang

Sedangkan, wanita Yunani mengecat wajah mereka dengan timah putih dan mengoleskan buah murbei yang telah dihancurkan sebagai pemerah pipi. Penggunaan alis palsu, yang sering kali terbuat dari bulu lembu juga menjadi mode.

Pada 1.500 SM, orang Cina dan Jepang biasanya menggunakan bubuk beras untuk membuat wajah mereka putih. Mereka mencukur habis alis. Lalu warna cat emas atau hitam untuk gigi dan pewarna henna untuk menodai rambut dan wajah.

Lalu pada 1.000 SM, Orang Yunani memutihkan kulit mereka dengan kapur atau bedak wajah timbal dan membuat lipstik kasar dari lempung oker yang tercampur dengan besi merah.

Baca Juga: Tan Malaka Pernah Hampir Jadi Presiden Indonesia, Ditolak Hatta, Malah Dapat Tudingan Makar

Sejarah Skincare di Era Awal Masehi

Orang Yunani Kuno menggunakan minyak berharga, parfum, bedak kosmetik, perona mata, kilap kulit, cat, salep kecantikan, dan pewarna rambut.

Mereka juga membuat produk perawatan kulit dengan menggunakan bahan-bahan lokal dan alami.

Salah satu perawatan perawatan kulit adalah mencampur buah berry segar dengan susu dan kemudian mengoleskannya ke area wajah.

Baca Juga: Hukum di Masa Rezim Orba: Nestapa Sengkon Karta, Divonis Tanpa Bersalah Lalu Menderita Sampai Meninggal

Orang Yunani Kuno juga menggunakan zaitun dan minyak zaitun sebagai pengelupasan dan pelembab. Terakhir, madu, bersama dengan susu dan yogurt sebagai preparat anti-penuaan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X