kontekstory

Mengenal Riwu Ga si ‘Angalai' Soekarno: Terompet Proklamasi dan Paspampres Pertama Indonesia yang Terlupakan

Minggu, 10 Agustus 2025 | 09:00 WIB
Foto atas: Riwu Ga si terompet proklamasi tengah menggendong Guntur bersama Fatmawati (menggendong Megawati) dan Soekarno. Foto bawah: Riwu Ga bersama anaknya di hutan Gewang, pedalaman Pulau Timor. (Foto: Repro Buku Kako Lami Angalai)

Ada peristiwa menarik saat pembuangan Soekarno di Bengkulu. Saat itu Belanda hendak membuang Soekarno ke Australia. Sebab, Jepang menyerbu pangkalan Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Satu-satunya tempat aman bagi pertahanan tentara Sekutu di Asia Pasifik adalah Australia.

Baca Juga: Jejak 'Korupsi Sejarah' Nugroho Notosusanto di Era Orde Baru, Fadli Zon Mengikuti?

Sebagian staf kolonial Belanda sudah pindah ke Australia. Begitu pula sebagian tahanan politik di Boven Digul (Papua) sudah diungsikan ke Australia.

Soekarno yang sudah bertahun-tahun menjalani pembuangan politik di Ende dan Bengkulu sebetulnya sudah pasrah dengan perintah pengungsian ke Australia. Tapi ia masih punya syarat pamungkas: Riwu dan dua anjing peliharaan keluarga, yaitu "Ketuk Satu" dan "Ketuk Dua", ikut serta ke Australia. 

Belanda menolak, sebab kapal laut yang akan digunakan untuk berlayar ke Australia hanya tersisa tiga tempat untuk Soekarno, Inggit, dan Kartika anak angkat mereka. 

Baca Juga: Kisah Sri Sultan HB IX Biayai APBN dari Kocek Pribadi, tapi Tak Mau Rakyatnya Tahu

Bung Karno ngotot Riwu harus diajak. "Kalau Riwu tidak ikut, saya tidak mau dipindahkan ke Australia," tegas Bung Karno. Belanda pun sama ngototnya, sehingga pelayaran tertunda. Bung Karno memilih menginap di Bukit Tinggi, rumah Bung Hatta.

Tak dinyana, malam itu terdengar berita Jepang sudah mendarat di Singapura. Kapal laut itu pun terbirit-birit berlayar meninggalkan Pelabuhan Teluk Bayur, meninggalkan Soekarno dan keluarga. Bung Karno pun batal dibuang ke Australia.

Seandainya Bung Karno tidak ngotot membawa Riwu ke Australia, rasanya sejarah Republik Indonesia akan berbeda dengan yang diketahui hari ini.

Baca Juga: Sekelumit Cerita Saat Haji Bung Karno Ibadah Haji: dari Merangkak di Makam Nabi Muhammad SAW , Usul Pelebaran Masjidil Haram, Hingga Dapat Kiswah

Riwu Ga, 'Harta Gono Gini' Perceraian Soekarno-Inggit

Saat pembuangan di Bengkulu hingga di Jakarta, mulai muncul ketidakcocokan antara Soekarno dan Inggit. Riwu menjadi saksi pertengkaran-pertengkaran pasangan tersebut. Terlebih, Bung Karno saat itu sudah kepincut dengan Fatmawati, anak tokoh pergerakan di Bengkulu, Hassan Din.

Bung Karno meminta Riwu merahasiakan hubungannya dengan Famawati."Saya ingin punya anak yang bisa turunkan cita-cita saya," ujar Soekarno kepada Riwu.

Di sisi lain, Inggit yang tidak memberi anak kepada Soekarno tegas menyatakan tidak mau dimadu. Di titik ini Riwu merasa serba salah. "Saya orang suruhan Bung Karno, tapi saya juga orang kepercayaan Bu Inggit," tutur Riwu.

Baca Juga: Mengenal Profesi Gowok, Guru Seksualitas ala Jawa Tradisional: Warisan Leluhur yang Tabu Tapi Dihormati

Suatu hari datang tiga orang kawan Bung Karno, yaitu Bung Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan KH Mas Mansyur. Merekalah yang mengurus perceraian Bung Karno dan Inggit.

Halaman:

Tags

Terkini