Semasa berkuliah, Kivlan aktif di kampus dan masuk organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hingga menjabat Sekretaris HMI Medan. Ia bahkan aktif terlibat dalam berbagai aksi mengganyang PKI.
Aktivitas politik kemahasiswaan itu membawanya mengikuti training HMI berbagai jenjang di Jakarta dan kenal para tokoh HMI seperti Ridwan Saidi, Akbar Tandjung, hingga Nurcholis Madjid.
Baca Juga: Legenda Ken Arok, Pemuda Jawa Penghalal Segala Cara Demi Kekuasaan
Tetapi mimpi Kivlan menjadi tentara belum padam. Apalagi, di masa kuliah itu kuliah kedokteran bisa memakan waktu hingga 11 tahun karena kurikulumnya masih gaya Belanda. Ia tidak bersemangat lagi melanjutkan kuliahnya.
Pada 1967, Kivlan memutuskan mendaftar Akabri. Ia dinyatakan lulus bersama 30 pendaftar lain dari Sumatera Utara. Kivlan pun berangkat mengikuti tes lanjutan di Lembang tanpa pamit ke ayahnya yang tidak setuju anaknya menjadi tentara. Praktis, ia juga meninggalkan bangku kuliah kedokteran yang sudah berjalan dua tahun.
Proses seleksi di Trapus Lembang dilalui dengan mulus. Kivlan berangkat ke Magelang dan memulai pendidikannya sebagai Taruna Akabri pada awal 1968.
Baca Juga: Rukmini, Tunangan Pierre Tendean yang Butuh Waktu Move On 7 Tahun
Kivlan pun berjuang sebagai Taruna Akabri. Ia sangat aktif sebagai komandan di berbagai jenjang. Bahkan sampai menjadi Pendiri dan Ketua Dewan Musyawarah Taruna (Demustar) pertama tahun 1970 - setara dengan Ketua Dewan Mahasiswa (Dema) di kampus umum.
Sang ayah akhirnya luluh juga. Ketika Kivlan sedang menempuh pendidikan di Magelang, ia menerima termasuk surat dari ayahnya. "Ayah mengalah dan mengizinkanmu jadi tantara," bunyi surat Ayah Kivlan.
Setelah melewati kerasnya pendidikan di kawah Candradimuka kivlan berhasil lulus Akmil pada Desember 1971.
Baca Juga: Lagu Malam Kudus, Lahir dari Letusan Gunung Tambora dan Orgel yang Rusak
Gagal Jadi Kopassus Gegara Makanan
Meskipun hampir seluruh kariernya dihabiskan sebagai prajurit tempur di Kostrad, ternyata Kivlan bercita-cita menjadi anggota Kopassus. Sayangnya, mimpi Kivlan kandas gegara makanan.
Ceritanya, Kivlan sebagai lulusan terbaik keempat Akabri 1971 dan lulus kecabangan Infantri ditunjuk menjadi Danton Taruna di Akmil. Baru dua bulan menjadi Danton Taruna, Kivlan terpilih untuk menjadi calon anggota Kopassus. Otomatis ia harus menempuh Pelatihan Komando selama lima bulan di Batujajar, Bandung.
Saat latihan survival, Kivlan mendapat perintah dari seniornya, Subagyo HS (kelak menjadi KSAD), untuk merembes mencari makanan. Para senior Akmil lulusan 1970 itu mengumpulkan uang lalu menyuruh Kivlan ke kantin pelatih yang lokasinya di dekat Danau Situ Lembang.