Baca Juga: Jarang Terungkap! Peran Penting Polisi Menumpas G30S PKI di Surakarta
Ketika menikah dengan Ken Arok, Ken Dedes saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung yang kelak diberi nama Anusapati, atau disebut juga Panji Anengah.
Ken Arok Menyerang Kediri
Pada 1221, terjadi perselisihan antara Raja Kediri Kertajaya dengan para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel dan meminta perlindungan Ken Arok karena dari serangan Kertajaya.
Serasa mendapat angin segar karena dukungan dari kaum brahmana, Ken Arok lalu melakukan pemberontakan dan mempersiapkan penyerangan terhadap Kerajaan Kediri.
Baca Juga: Louis Chevrolet, Pendiri yang Jadi Penonton Saat Perusahaan Jadi Raksasa Otomotif Dunia
Ken Arok menyatakan Kadipaten Tumapel sebagai ‘kerajaan’ merdeka yang lepas dari Kerajaan Kediri. Sebagai raja pertama Tumapel, ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Raja Kertajaya (dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis) dengan lantang menyatakan ketidaktakutannya terhadap serangan Tumapel yang dipimpin Ken Arok. Kertajaya menegaskan, dirinya hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara Siwa. Mendengar hal itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa (= Bhatara Guru) dan siap berperang melawan Kertajaya.
Akhirnya, pada 1222, Ken Arok memimpin pasukan Tumapel menyerang Kediri. Puncak peperangan antara Kediri dan Tumapel terjadi di dekat Desa Genter (Ganter), wilayah timur Kediri.
Baca Juga: Tan Malaka Pernah Hampir Jadi Presiden Indonesia, Ditolak Hatta, Malah Dapat Tudingan Makar
Pertempuran tersebut mengisahkan, pihak Kediri kalah dan Kertajaya melarikan diri naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.
Kemenangan yang menentukan tersebut menyebabkan runtuhnya Kerajaan Kediri pimpinan Kertajaya dan mengukuhkan kekuasaan Ken Arok di Jawa Timur. Maka mulailah Kerajaan Tumapel dan pemerintahan Dinasti Rajasa.
Empat Anak Ken Arok
Pernikahan Ken Arok dengan Ken Dedes, menurut Pararaton, melahirkan empat orang anak, yaitu Mahisa Wong Ateleng (bergelar Bhatara Parameswara), Apanji Saprang, Agnibhaya (identik dengan Guningbhaya), dan Dewi Rumbu.
Baca Juga: Sakiko Kanase, Istri Jepang Soekarno yang Bunuh Diri di Kamar Mandi Karena Cemburu
Ken Arok juga memiliki selir bernama Ken Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula, yaitu Tohjaya, Panji Sudhatu, Tuan Wergola, dan Dewi Rambi. Selain itu, Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung (versi Pararaton) yang bernama Anusapati.
Semua anak Ken Arok berjumlah sembilan orang, terdiri atas satu anak tiri laki-laki, enam anak kandung laki-laki dan dua anak kandung perempuan.
Setelah Mahisa Wong Ateleng beranjak dewasa, Ken Arok mengangkat Mahisa Wong Ateleng sebagai penguasa Kediri.
Baca Juga: Kisah Kelam Isaac Newton, Jenius Sains yang Pernah Gagal dalam Investasi Saham
Hal ini menyebabkan Anusapati merasa Ken Arok menganaktirikannya, padahal ia adalah putra tertua. Pada 1227, setelah mendesak ibunya (Ken Dedes), akhirnya Anusapati tahu kalau ia memang anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya yaitu Tunggul Ametung telah mati di tangan Ken Arok.
Dendam kesumat pun membara. Setelah berhasil mendapatkan Keris Mpu Gandring, Anusapati kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari Desa Batil untuk membunuh Ken Arok.
Pembantu Anusapati itu menusuk Ken Arok dari belakang saat sang raja sedang makan. Kemudian, Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk menghilangkan jejak. Ia naik menjadi raja Tumapel menggantikan Ken Arok.
Baca Juga: Benny Moerdani, Raja Intel 'Anti Islam' yang Pernah Bantu Taliban, Saat Meninggal Sempat Dikafani dan Dibacakan Yasin
Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada 1247. Adanya peristiwa pembunuhan terhadap Sri Rajasa dalam Pararaton diperkuat oleh prasasti Mula Malurung (1255).
Tulisan di prasasti itu menyebutkan, nama pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta kencana. Berita dalam prasasti ini menunjukkan kalau Sri Rajasa memang mati tak wajar.
Versi Lain Ken Arok
Ada versi lain terkait kisah Ken Arok. Ternyata nama Ken Arok ternyata tidak terdapat dalam Nagarakretagama (1365). Naskah tersebut hanya mengisahkan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel merupakan putra Bhatara Girinatha yang lahir tanpa ibu pada 1182.
Baca Juga: Rukmini, Tunangan Pierre Tendean yang Butuh Waktu Move On 7 Tahun
Pada 1222, Sang Girinathaputra mengalahkan Kertajaya, raja Kediri. Ia kemudian menjadi raja pertama di Tumapel bergelar Sri Ranggah Rajasa Girinathaputra (kemungkinan nama Anumerta). Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja (pada 1254 diganti menjadi Singasari oleh Wisnuwardhana).
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia pada 1227 (selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton). Untuk memuliakan arwahnya, didirikanlah candi di Kagenengan di mana ia dipuja sebagai Siwa, dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha.
Kematian Sang Rajasa dalam Nagarakretagama terkesan wajar tanpa pembunuhan. Ini bisa menjadi permakluman mengingat naskah tersebut merupakan sastra pujian untuk keluarga besar Hayam Wuruk, sehingga peristiwa pembunuhan terhadap leluhur raja-raja Majapahit merupakan sebuah aib.
Baca Juga: Rahasia Bisnis Teh Botol Sosro: Cicip Rasa, Promosi, dan Tak Pelit Bagi Rejeki ke Pelanggan
Berdasarkan Negarakertagama, berdiri Candi Pendarmaan Ken Arok di Genengan sebagai Siwa dan di Usana sebagai Budha. Candi Pendarmaan (sebagai Siwa) dipercaya berada di Situs Gunung Katu. Sedangkan Situs Sokan (sebagai Budha) terletak di sebelah timur Gunung Kawi dan masuk ke dalam wilayah Wagir, Kabupaten Malang.
Nama Ciptaan Pengarang
Kisah Ken Arok telah menjadi legenda di mana demi sebuah kekuasaaan, seseorang rela melakukan apa pun asalkan tujuannya tercapai. Tidak ada yang tahu Nama asli Ken Arok atau Sri Rajasa. Nama itu hanya muncul dalam Serat Pararaton, sehingga ada dugaan kuat merupakan nama ciptaan si pengarang sebagai nama masa muda dari Sri Rajasa.
Ken bisa berarti ‘putra atau putri pejabat’. Sedangkan nama Arok diduga berasal dari kata ‘rok’ yang artinya ‘rampas’. Jadi nama Arok bisa juga mengandung arti ‘perampas’.
Baca Juga: Kisah Demmo dan Atax, Dua Mobnas Indonesia Pertama yang Lahir di Zaman Penjajahan Belanda
Tokoh Ken Arok memang merupakan anak pejabat yang suka merampas dan gemar berkelahi. Sedangkan Sri artinya ‘bangsawan’ (raja atau ratu), nama Rajasa dalam bahasa Sansekerta berarti ‘merebut’.
Selain dalam naskah sastra Pararaton dan Negarakertagama, legenda Ken Arok juga termuat dalam Prasasti Balawi milik Raden Wijaya, pendiri Majapahit pada 1305.
Prasasti itu bercerita, Raden Wijaya mengaku sebagai anggota keluarga Wangsa Rajasa dan memang adalah keturunan Rajasa. Nama Sri Rajasa adalah bentuk halus dari nama Ken Arok.
Baca Juga: Sejarah The North Face: Berawal dari Toko Outdoor yang Salah Lokasi, Empat Kali Ganti Pemilik, Hingga Berkibar di Paris Fashion Week
Pengarang Pararaton juga menciptakan karakter tokoh Ken Arok sebagai masa muda Sri Rajasa dengan penuh keistimewaan. Sebagai putra Brahma, titisan Wisnu, serta penjelmaan Siwa, tercipta cerita seolah-olah karakter dan kekuatan Trimurti berkumpul dalam Ken Arok
Pertanyaan penutup adalah, apakah di era modern ini masih ada manusia berperilaku seperti Ken Arok yang menghalalkan semua cara demi ambisi kekuasaannya?
Sejarah mencatat Ken Arok adalah tokoh penuh kontroversi. Ia tidak peduli semua norma dan etika, hukum, dan sebagainya.
Baca Juga: Warna-warni Sejarah Skincare Sejak 10.000 SM, Bahkan Ada yang Terbuat dari Racun
Ia pun tidak pernah mendengar semua masukan kebaikan untuk dirinya. Ken Arok hanya berpikir dan berpikir bagaimana kekuasaan berada dalam genggamannya.***
Artikel Terkait
Kritik Bamsoet, Demokrat Sebut Pengusung Penundaan Pemilu Haus Kekuasaan
Penuhi Panggilan Polda Metro, Hasto: Kita Negara Hukum, Bukan Kekuasaan
Peringati 26 Tahun Reformasi, Mahasiswa di Riau Singgung Jokowi Hanya Pikirkan Kekuasaan
Stretford End berduka, Legenda Manchester United Denis Law Meninggal Dunia
Makna dan Legenda Kue Keranjang Bertekstur Kenyal dan Manis yang Wajib Ada Saat Imlek 2025