• Minggu, 21 Desember 2025

Presiden Pakistan Zia Ul Haq dan Memori Pertempuran 10 November 1945, dari Kaget Mendengar Adzan hingga Pimpin Pembelotan Pasukan Gurkha

Photo Author
- Minggu, 9 November 2025 | 11:52 WIB
Presiden Pakistan Muhammad Zia Ul Haq -tengah- pernah terlibat dalam perang di 10 November 1945 di Surabaya. (Foto: Indonesia-Pakistan)
Presiden Pakistan Muhammad Zia Ul Haq -tengah- pernah terlibat dalam perang di 10 November 1945 di Surabaya. (Foto: Indonesia-Pakistan)

Sekitar pukul 20.30 WIB, mobil rombongan Mallaby yang berada di tempat perhentian trem listrik tiba-tiba meledak. Ia ditemukan tewas.

Berbagai sumber menyebut, Mayor Venugopal memerintahkan untuk melakukan penembakan dan melempar granat ke kelompok massa di depan gedung supaya Mallaby bisa melarikan diri.

Tetapi penyebab kematiannya masih misterius. Ada sejumlah teori yang mengungkap penyebab tewasnya Mallaby.

Ada yang menyebut ia tewas ditembak seorang pemuda Indonesia, dibakar di dalam mobil, atau terkena ledakan di mobil karena lemparan granat yang meleset dari tentara Inggris.

Baca Juga: Mengenang Sepak Terjang K'tut Tantri, Warga Amerika yang Berjuang di Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Terlepas apa penyebab kematiannya, militer Inggris marah besar. Pada 9 November 1945, Mayjen EC Mansergh yang turun menggantikan Mallaby mengultimatum rakyat Surabaya untuk menyerah dan meletakkan senjata.

"Semua pemimpin bangsa Indonesia dari semua pihak di kota Surabaya harus datang selambat lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pada tempat yang telah ditentukan serta membawa bendera merah putih dengan diletakkan di atas tanah pada jarak 100 m dari tempat berdiri, lalu mengangkat tangan tanda menyerah," demikian bunyi ultimatum tersebut.

Rakyat Surabaya mengabaikan ultimatum tersebut sehingga meletuslah pertempuran hebat pada 10 November 1945 yang dikenal dengan sebutan Pertempuran Surabaya yang berlangsung selama tiga pekan.

Mogok Perang dan Membelot Gegara Azan

Setelah kematian Malaby, seluruh Divisi India ke-5 pimpinan Mayor Jenderal Sir Robert Mansergh mendarat di Kota Surabaya. Ikut bergabung di antaranya tentara Gurkha yang dikenal tak punya rasa takut di medan perang.

Asap membumbung tinggi saat kapal perang Inggris membombardir Kota Surabaya. (Foto: Imperial War Museum)

Baca Juga: Cerita Tentang Laswi, dari Mangga Tuti Amir Hingga Duo Maung Bikang yang Doyan Penggal Kepala Musuh

Namun keberanian itu luntur ketika kedatangan mereka disambut oleh gema suara azan. Mereka juga terheran-heran dengan banyaknya masjid.

Pasukan itu pada akhirnya sadar bahwa pihak yang diperangi merupakan saudaranya sendiri, yakni sesama Muslim. Mereka lalu melakukan aksi mogok perang, menolak ikut bertempur.

Menurut catatan Nigel Barley dalam buku Snow Over Surabaya (2017), Muhammad Zia Ul Haq adalah salah satu dari personel pasukan Ghurka yang mogok perang.

Zia yang tercatat sebagai komandan kavaleri lapis baja pasukan Inggris mengaku terkejut saat memasuki Kota Surabaya. Sebab ia melihat banyak masjid dan suara azan pun bersahut-sahutan saat memasuki waktu salat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X