• Minggu, 21 Desember 2025

Pesawat, Fiat, Hingga Limousine dalam Pelarian dan Misi Terakhir Tokoh G30S PKI DN Aidit

Photo Author
- Minggu, 21 September 2025 | 09:00 WIB
DN Aidit. (Foto, ca 1963)
DN Aidit. (Foto, ca 1963)

Dalam perjalanan menuju Semarang, Aidit menyamar sebagai aktivis Muslim. Ia mengenakan sarung dan peci hitam.

Aidit melaju dengan sedan Fiat 1300 hitam. Pada pukul 4 pagi, ia tiba di rumah seorang pemimpin PKI Jateng. Tak lama berselang, Wakil Gubernur Jateng, Suyono Atmo, tiba.

Di rumah tersebut Aidit melakukan pertemuan dengan Ketua ICC PKI, HM Lukman; Petinggi Politik Biro CC PKI, Sakirman; dan Sujono.

Baca Juga: G30S PKI dan Peringatan Pada Jenderal Ahmad Yani Jelang Tragedi

Pertemuan itu menghasilkan sebuah pernyataan bahwa G30S PKI adalah konflik internal Angkatan Darat dan tidak ada sangkut pautnya dengan PKI.

Aidit juga memerintahkan Suyono untuk menjaga situasi wilayah Jateng agar tetap kondusif bagi PKI.

Sekitar satu jam melakukan pertemuan, Aidit kemudian bertolak meuju Solo. Ia berganti menggunakan Limousine, mobil dinas Suyono.

Di tengah perjalanan, Aidit mampir sejenak di Boyolali untuk memberikan arahan kepada pejabat PKI setempat.

Baca Juga: Tragedi G30S PKI: Perseteruan Politik Antara DN Aidit dan Jenderal Ahmad Yani yang Berujung Tragis

Aidit lantas melanjutkan perjalanan ke Solo. Ia langsung menemui Wali Kota Solo, Oetomo Ramelan yang juga tokoh PKI.

Oetomo Ramelan secara gamblang menyatakan dukungan terhadap Dewan Revolusi melalui siaran RRI Solo pada pukul 6 sore, meskipun Aidit meminta agar PKI mengambil kebijakan wait and see.

Gagal meyakinkan PKI Solo, Aidit memutuskan untuk terbang ke Bali. Ia meminta Komandan Pangkalan Udara Panasan, Suyoto, menyediakan pesawat.

Suyoto menolak permintaan tersebut dengan alasan pesawat tidak tersedia. Ia meninggalkan Aidit dalam ketidakpastian.

Anderson dan McVey menyebutkan, Mayor Iskandar kemudian menjadi Ketua Dewan Revolusi Surakarta.

John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto (2008) menyebut bahwa Mayor Iskandar -- setelah menjadi Ketua Dewan Revolusi Surakarta, langsung memerintahkan prajurit-prajurit yang setia kepadanya untuk menangkap perwira AD yang berseberangan dengannya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Jimmy Radjah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X