• Senin, 22 Desember 2025

Dimediasi Anwar Ibrahim, Thailand dan Kamboja Sepakat Berlakukan Gencatan Senjata

Photo Author
- Selasa, 29 Juli 2025 | 08:38 WIB
PM Malaysia Anwar Ibrahim (tengah) menyaksikan kesepakatan damai Pejabat PM Thailand Phumtham Wechayachai dengan Perdana PM Kamboja Hun Manet di Putrajaya, Malaysia. (X.com Anwar Ibrahim)
PM Malaysia Anwar Ibrahim (tengah) menyaksikan kesepakatan damai Pejabat PM Thailand Phumtham Wechayachai dengan Perdana PM Kamboja Hun Manet di Putrajaya, Malaysia. (X.com Anwar Ibrahim)


KONTEKS.CO.ID - Para pemimpin Thailand dan Kamboja telah menyepakati gencatan senjata segera dan tanpa syarat untuk mengakhiri bentrokan di perbatasan, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan.

"Baik Kamboja maupun Thailand mencapai kesepahaman bersama sebagai berikut: Pertama, gencatan senjata segera dan tanpa syarat yang berlaku mulai 24 jam waktu setempat, tengah malam tanggal 28 Juli 2025," kata Anwar Ibrahim setelah perundingan mediasi di Malaysia, melansir ABC Australia, Senin 28 Juli 2025.

Anwar, yang memimpin perundingan sebagai ketua blok regional ASEAN, mengatakan, kedua belah pihak telah mencapai kesepahaman bersama untuk mengambil langkah-langkah guna kembali ke keadaan normal.

Baca Juga: Peduli Anak Buah, Kapolda NTT dan Wakapolda Kunjungi Anggota Polisi Pengawalan yang Luka Parah karena Terjatuh saat Tugas

PM Kamboja Hun Manet dan Penjabat PM Thailand Phumtham Wechayachai memuji hasil pertemuan tersebut dan berjabat tangan setelah konferensi pers singkat tersebut.

"Kami memiliki pertemuan yang sangat baik dan hasil yang sangat baik ... yang diharapkan dapat menghentikan pertempuran yang telah menyebabkan banyak nyawa melayang dan cedera, serta menyebabkan banyak orang mengungsi," kata Hun.

Perundingan menyebut ada 300.000 pengungsi dari kedua belah pihak. Rinciannya, 140.000 di pihak Kamboja, dan 160.000 pengungsi di pihak Thailand.

"Kami berharap solusi ... yang baru saja diumumkan, akan menciptakan kondisi yang memungkinkan diskusi bilateral kami untuk kembali ke normalisasi hubungan, dan sebagai fondasi bagi de-eskalasi kekuatan di masa mendatang," harap Hun.

Baca Juga: Dalam Waktu Sekejap, Rekening Nasabah BRI Cabang Muara Teweh Kabupaten Barito Utara Dibobol Penipu Rp685 Juta

Awal Perang di Perbatasan

Bentrokan besar-besaran terjadi setelah seorang tentara Thailand terluka parah akibat terkena ranjau darat.

Sebagai tanggapan, Thailand menarik duta besarnya untuk Kamboja dan mengusir perwakilan Kamboja di Bangkok.

Pemerintah Kamboja kemudian menurunkan hubungan diplomatik dengan negara tetangganya ke tingkat terendah.

Pejabat PM Thailand mengatakan, perjanjian damai tersebut dibuat dengan itikad baik oleh kedua belah pihak.

Baca Juga: Rekam Jejak Kwik Kian Gie di Dunia Politik hingga Pendidikan: Satu Kampus dengan Bung Hatta dan Sumitro di Belanda

"Keinginan Thailand adalah untuk resolusi damai sambil terus melindungi kedaulatan dan kehidupan rakyat kami," ujarnya.

Kedua pemimpin mengucapkan terima kasih kepada pemimpin Malaysia dan Presiden AS Donald Trump atas dukungannya. AS akan bertindak sebagai penyelenggara bersama pertemuan tersebut.

Mereka juga berterima kasih kepada Pemerintah China. "(China) selalu mendukung dan mendorong kedua pihak untuk mengupayakan gencatan senjata dan juga berpartisipasi aktif dalam mendukung pertemuan khusus ini," tukas Hun. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Iqbal Marsya

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X