KONTEKS.CO.ID - Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap lebih dari 20 perusahaan yang dituduh terlibat dalam jaringan pengiriman minyak Iran ke China.
Langkah ini diumumkan hanya beberapa hari setelah negosiator AS dan Iran menyelesaikan putaran keempat pembicaraan nuklir.
Menurut Departemen Keuangan AS, jaringan tersebut memfasilitasi pengiriman minyak senilai miliaran dolar atas nama Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran dan perusahaan utamanya, Sepehr Energy, yang telah ditunjuk AS sejak 2023 sebagai entitas yang dikenai sanksi.
Baca Juga: Trump Umumkan Penghapusan Sanksi terhadap Suriah Pasca Kejatuhan Rezim Assad
Beberapa perusahaan yang dijatuhi sanksi termasuk CCIC Singapore Pte Ltd, yang disebut membantu menyembunyikan asal minyak Iran dan mengurus inspeksi pra-pengiriman ke China.
Selain itu, Huangdao Inspection and Certification Co Ltd dan Qingdao Linkrich International Shipping Agency Co Ltd juga dikenai sanksi karena terlibat dalam inspeksi dan logistik pelabuhan untuk pengiriman minyak Iran di Pelabuhan Qingdao, China.
Danai Rudal dan Serangan Militan
Departemen Keuangan AS menyebut hasil penjualan minyak tersebut digunakan Iran untuk mendanai pengembangan rudal balistik, pesawat nirawak (drone), dan mendukung kelompok Houthi dalam menyerang pengiriman di Laut Merah, Angkatan Laut AS, serta Israel.
“AS akan terus menargetkan sumber pendapatan utama ini selama rezim Iran terus mendukung terorisme dan proliferasi senjata mematikan,” ujar Menteri Keuangan Scott Bessent, seperti dikutip Reuters, Rabu, 14 Mei 2025.
Tekanan terhadap Bank China
Langkah ini merupakan bagian dari kelanjutan kampanye "tekanan maksimum" yang dimulai kembali oleh pemerintahan Donald Trump sejak Februari 2025.
Selain menargetkan perusahaan logistik dan inspeksi, analis menilai tekanan akan makin besar jika sanksi diarahkan ke bank-bank besar China yang berpotensi memproses transaksi minyak Iran.
Baca Juga: Rombongan Jemaah Haji Khusus dari Indonesia Mulai Tiba di Makkah, Pelayanannya Beda dengan Reguler
Mantan penyelidik sanksi Departemen Keuangan AS, Jeremy Paner, mengatakan penggunaan otoritas antiterorisme oleh Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri (OFAC) memberi fleksibilitas untuk menjangkau target lebih besar.
“Bank-bank China sangat paham risiko berbisnis dengan entitas yang telah dikenai sanksi. Ini adalah tekanan tak langsung untuk membuat Iran menerima kesepakatan nuklir,” ujarnya.
Artikel Terkait
Jenderal Top Iran Sebut Presiden Donald Trump Narsis Pengganggu
Iran Eksekusi Mata-mata Israel, Mati Digantung
Sejarah Macao Po, Pelopor Lokalisasi di Jakarta: Perempuan Sipit Didatangkan dari Makau China, Pelanggannya Pejabat Belanda dan Taipan
Tragis, Nama Ye Zhaoying Dihapus dari Sejarah China, Dianggap Pengkhianat dan Hartanya Dibekukan
Donald Trump Angkat Bicara soal Akhir Perang Dagang AS-China