• Senin, 22 Desember 2025

Sanksi Baru AS Ancam China! Pengiriman Minyak Iran Disebut Dukung Terorisme!

Photo Author
- Rabu, 14 Mei 2025 | 11:00 WIB
Tarif Trump diduga hasil hitungan AI. (Instagram/realdonaldtrump)
Tarif Trump diduga hasil hitungan AI. (Instagram/realdonaldtrump)

KONTEKS.CO.ID - Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap lebih dari 20 perusahaan yang dituduh terlibat dalam jaringan pengiriman minyak Iran ke China.

Langkah ini diumumkan hanya beberapa hari setelah negosiator AS dan Iran menyelesaikan putaran keempat pembicaraan nuklir.

Menurut Departemen Keuangan AS, jaringan tersebut memfasilitasi pengiriman minyak senilai miliaran dolar atas nama Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran dan perusahaan utamanya, Sepehr Energy, yang telah ditunjuk AS sejak 2023 sebagai entitas yang dikenai sanksi.

Baca Juga: Trump Umumkan Penghapusan Sanksi terhadap Suriah Pasca Kejatuhan Rezim Assad

Beberapa perusahaan yang dijatuhi sanksi termasuk CCIC Singapore Pte Ltd, yang disebut membantu menyembunyikan asal minyak Iran dan mengurus inspeksi pra-pengiriman ke China.

Selain itu, Huangdao Inspection and Certification Co Ltd dan Qingdao Linkrich International Shipping Agency Co Ltd juga dikenai sanksi karena terlibat dalam inspeksi dan logistik pelabuhan untuk pengiriman minyak Iran di Pelabuhan Qingdao, China.

Danai Rudal dan Serangan Militan

Departemen Keuangan AS menyebut hasil penjualan minyak tersebut digunakan Iran untuk mendanai pengembangan rudal balistik, pesawat nirawak (drone), dan mendukung kelompok Houthi dalam menyerang pengiriman di Laut Merah, Angkatan Laut AS, serta Israel.

Baca Juga: Film Nobody 2 by Timo Tjahjanto: Gandeng Pencipta John Wick, Bob Odenkirk dan Sharon Stone, Sekuel Lebih Brutal Bergaya Khas Asia

“AS akan terus menargetkan sumber pendapatan utama ini selama rezim Iran terus mendukung terorisme dan proliferasi senjata mematikan,” ujar Menteri Keuangan Scott Bessent, seperti dikutip Reuters, Rabu, 14 Mei 2025.

Tekanan terhadap Bank China

Langkah ini merupakan bagian dari kelanjutan kampanye "tekanan maksimum" yang dimulai kembali oleh pemerintahan Donald Trump sejak Februari 2025.

Selain menargetkan perusahaan logistik dan inspeksi, analis menilai tekanan akan makin besar jika sanksi diarahkan ke bank-bank besar China yang berpotensi memproses transaksi minyak Iran.

Baca Juga: Rombongan Jemaah Haji Khusus dari Indonesia Mulai Tiba di Makkah, Pelayanannya Beda dengan Reguler

Mantan penyelidik sanksi Departemen Keuangan AS, Jeremy Paner, mengatakan penggunaan otoritas antiterorisme oleh Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri (OFAC) memberi fleksibilitas untuk menjangkau target lebih besar.

“Bank-bank China sangat paham risiko berbisnis dengan entitas yang telah dikenai sanksi. Ini adalah tekanan tak langsung untuk membuat Iran menerima kesepakatan nuklir,” ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rat Nugra

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X