KONTEKS.CO.ID - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa, 14 Mei 2025 mengumumkan rencana untuk mencabut sanksi terhadap Suriah, menyusul jatuhnya rezim Bashar al-Assad akhir tahun lalu. Trump menyebut langkah tersebut sebagai “kesempatan bagi Suriah untuk meraih kejayaan.”
Pencabutan sanksi ini dinilai sebagai kemenangan besar bagi pemerintahan baru Suriah yang kini dipimpin Ahmed al-Sharaa, mantan komandan kelompok militan Jabhat al-Nusra yang memisahkan diri dari al-Qaeda pada 2016. Pemerintah Israel dilaporkan khawatir terhadap dampak strategis dari langkah ini.
Dalam pidatonya di forum investasi di Riyadh, Trump mengatakan keputusan ini diambil setelah berdiskusi dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Baca Juga: Preview AC Milan Vs Bologna: Pertaruhan Sejarah dan Trofi di Final Coppa Italia
“Suriah telah melalui penderitaan dan kekacauan selama bertahun-tahun. Sekarang saatnya bagi mereka untuk bangkit kembali,” ujar Trump.
Langkah Awal Normalisasi
Trump menambahkan bahwa pemerintahan AS telah memulai proses normalisasi hubungan dengan Suriah untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Ia menyebut Menteri Luar Negeri Marco Rubio akan bertemu dengan Menlu Suriah di Turki pekan ini.
Meskipun belum ada pengakuan diplomatik resmi dari AS terhadap pemerintahan al-Sharaa, Gedung Putih mengonfirmasi telah terjadi kontak tingkat bawah antara kedua negara. Trump juga dijadwalkan bertemu informal dengan al-Sharaa di Riyadh.
Baca Juga: Lawatan Prabowo ke Brunei Darussalam, Temui Sultan Hassanal Bolkiah dan Raih Penghargaan Spesial
Respons Pemerintah Suriah dan Reaksi Global
Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad Al-Shaibani, menyambut baik keputusan ini dan menyebutnya sebagai awal baru menuju rekonstruksi.
Sementara Geir Pedersen, utusan khusus PBB untuk Suriah, menyebut pencabutan sanksi penting untuk memulihkan layanan dasar dan perekonomian negara.
Menteri Perdagangan Suriah, Mohammad Nidal al-Shaar, dalam wawancara langsung dengan Al Arabiya, menyatakan Suriah kini memasuki “fase kebangkitan ekonomi.”
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Mau Bertahan di Al Nassr, Asalkan Syarat Ini Terpenuhi!
Ia menyebut aliran dana dari diaspora Suriah dan negara-negara sahabat akan segera mendorong pertumbuhan dan investasi.
Artikel Terkait
Trump Sebut Paus Pertama dari AS Sebagai Momen Bersejarah
Nissan Rugi Rp82,2 T, Bakal PHK 10 Ribu Karyawan di Seluruh Dunia, Imbas Tarif Trump dan BYD?
Gratifikasi Ugal-ugalan Trump, Bakal Terima Boeing 747-8 Senilai Rp6,6 Triliun dari Kerajaan Qatar
Donald Trump Angkat Bicara soal Akhir Perang Dagang AS-China
Momen Presiden Trump Tiba di Arab Saudi, Disambut Putra Mahkota Mohammed bin Salman