KONTEKS.CO.ID - Bantahan sebagai pemilik PT Toba Pulp Lestari (TPL) disampaikan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan.
Juru bicara Luhut, Jodi Mahardi mengatakan, pihaknya menolak dikaitkan dengan perusahaan yang diduga menjadi biang kerok banjir di Pulau Sumatra tersebut.
"Informasi tersebut adalah tidak benar. Pak Luhut tidak memiliki, tidak terafiliasi, dan tidak terlibat dalam bentuk apa pun-baik secara langsung maupun tidak langsung-dengan Toba Pulp Lestari," tegas Jodi dalam keterangan resminya, Kamis 4 Desember 2025.
"Setiap klaim yang beredar terkait kepemilikan atau keterlibatan beliau merupakan informasi yang keliru dan tidak berdasar," imbuhnya.
Menurut Jodi, Luhut konsisten mematuhi seluruh ketentuan perundang-undangan yang mengatur transparansi, etika pemerintahan, dan pengelolaan potensi konflik kepentingan.
Luhut, kata dia, juga selalu terbuka terhadap proses verifikasi fakta dan mendorong publik untuk merujuk pada sumber informasi yang kredibel.
"Kami mengimbau seluruh pihak untuk lebih berhati-hati dalam menyebarkan informasi yang tidak terverifikasi, serta mengutamakan etika dalam ruang digital agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan disinformasi di masyarakat," tuturnya.
Baca Juga: Tiga Korban Longsor di Tapteng Ditemukan Tertimbun, Warga Bertahan Hidup Makan Durian dalam Gelap
"Untuk memastikan akurasi dan mencegah penyebaran informasi palsu, kami mempersilakan media maupun publik untuk melakukan klarifikasi langsung kepada pihak kami apabila diperlukan," sambungnya.
Sebelumnya, berdasarkan data Walhi sedikitnya ada tujuh perusahaan yang dianggap berperan besar dalam kerusakan lingkungan hingga memicu longsor dan banjir bandang.
Direktur Eksekutif Walhi Sumut, Rianda Purba, menjelaskan bahwa tujuh perusahaan mulai dari tambang emas, proyek PLTA, geothermal, hingga perkebunan sawit telah mengeksploitasi hutan Batang Toru.
“Setiap banjir membawa gelondongan kayu dan air keruh. Ini bukan bencana alam semata, melainkan konsekuensi dari pembiaran terhadap perusakan hutan,” tegas Rianda.
Aktivitas tersebut tak hanya menghancurkan hutan, tapi juga mengancam habitat satwa dilindungi seperti orangutan Tapanuli, harimau Sumatra, dan tapir.
Artikel Terkait
Beda dengan Omongan Luhut, Rosan Bilang Belum Ada Kesepakatan Restrukturisasi Utang Whoosh dengan China
Ada Aset Bakal Diambil China Jika Indonesia Gagal Bayar Utang Whoosh? Agus Pambagio Ungkap Ucapan Luhut
Respons Luhut Pandjaitan soal Polemik Bandara IMIP: Legal atau Anomali?
Luhut Klarifikasi Polemik Bandara IMIP: Soal Izin, Jokowi, Hilirisasi, dan Hubungan Investasi dengan Tiongkok
Kelar Tinjau Korban Banjir Sumatra: Prabowo Panggil Luhut ke Istana, Duduk Saling Tatap Bahas Persoalan Ini