Rekaman luapan Sungai Batang Toru di Jembatan Trikora yang menunjukkan gelondongan kayu dalam jumlah besar diduga kuat berasal dari lokasi pembangunan infrastruktur PLTA.
Perusahaan besar lain yang berperan dalam perubahan lanskap adalah PT Toba Pulp Lestari (TPL), bagian dari jaringan usaha Raja Garuda Mas milik Sukanto Tanoto.
Baca Juga: Gempa Bumi Magnitudo 5,3 Guncang Laut Maluku Bagian Selatan, Tidak Berpotensi Tsunami
TPL sejak lama mengubah ratusan hingga ribuan hektare hutan di DAS Batang Toru menjadi Perkebunan Kayu Rakyat (PKR) yang ditanami eukaliptus, terutama di Kecamatan Sipirok.
Ekspansi PKR tidak hanya memangkas hutan alam, tetapi juga mengganggu sumber air masyarakat serta memotong jalur pergerakan satwa.
Perusahaan ini juga memiliki sejarah panjang konflik dengan masyarakat adat terkait pengambilalihan lahan dan hutan adat.
Aktivitas energi lain seperti PLTMH Pahae Julu serta geothermal yang dikelola PT SOL Geothermal Indonesia turut mengubah struktur ekologis kawasan hulu.
Sementara perluasan kebun sawit oleh PT Sago Nauli Plantation serta PTPN III Batang Toru Estate memperlebar kehilangan pohon penahan lereng.
Kombinasi berbagai proyek ini mengubah kawasan hutan yang sebelumnya menjadi penyangga alami banjir menjadi lahan yang rentan erosi dan limpasan permukaan.***
Artikel Terkait
Beda dengan Omongan Luhut, Rosan Bilang Belum Ada Kesepakatan Restrukturisasi Utang Whoosh dengan China
Ada Aset Bakal Diambil China Jika Indonesia Gagal Bayar Utang Whoosh? Agus Pambagio Ungkap Ucapan Luhut
Respons Luhut Pandjaitan soal Polemik Bandara IMIP: Legal atau Anomali?
Luhut Klarifikasi Polemik Bandara IMIP: Soal Izin, Jokowi, Hilirisasi, dan Hubungan Investasi dengan Tiongkok
Kelar Tinjau Korban Banjir Sumatra: Prabowo Panggil Luhut ke Istana, Duduk Saling Tatap Bahas Persoalan Ini