Sejak 2015–2024, pembukaan lahan untuk tambang, infrastruktur energi, dan perkebunan telah menghilangkan ratusan hektare hutan Batang Toru.
Baca Juga: Fresh Graduate Segera Daftar, Program Magang Nasional Batch 3 Sudah Dibuka Mulai Hari Ini
Dampaknya terasa langsung yaitu sedimentasi sungai meningkat, debit air fluktuatif, dan risiko banjir bandang makin tinggi.
7 Perusahaan Jadi Biang Kerok
Dalam catatannya, WALHI menyebut tujuh perusahaan yang diduga memicu degradasi ekologis tersebut, di antaranya:
1. PT Agincourt Resources (pengelola Tambang Emas Martabe)
2. PT North Sumatera Hydro Energy atau NSHE (PLTA Batang Toru)
3. PT Pahae Julu Micro-Hydro Power
4. PT SOL Geothermal Indonesia
5. PT Toba Pulp Lestari Tbk atau TPL
6. PT Sago Nauli Plantation
7. PTPN III Batang Toru Estate.
Astra dan Perusahaan Sukanto Tanoto Terlibat?
Kerusakan paling tampak berasal dari operasi pertambangan dan pembangkit listrik di kawasan hulu.
Tambang emas Martabe, yang dikelola PT Agincourt Resources dan sejak 2018 mayoritas sahamnya dimiliki PT Danusa Tambang Nusantara (bagian dari Astra) bersama konsorsium yang terkait dengan Garibaldi Thohir, mengubah sekitar 300 hektare tutupan hutan dan lahan di DAS Batang Toru selama 2015–2024.
"Agincourt. Bukan hanya Astra. Di belakangnya berdiri jaringan modal besar Jardine Matheson, perusahaan raksasa yang menguasai banyak bisnis di Asia," tulis Instagram @walhisumut yang dilansir Senin, 1 Desember 2025.
"Emas yang diambil dari tanah Batang Toru mengalir ke kantong mereka, sementara warga sekitar justru hidup dalam bayang-bayang bencana ekologis."
Lokasi fasilitas penampungan tailing berada sangat dekat dengan Sungai Aek Pahu yang mengaliri Desa Sumuran.
Warga, menurut Walhi, sudah lama mengeluhkan air yang keruh setiap musim hujan sejak PIT Ramba Joring dibuka.
Di sisi lain, PLTA Batang Toru yang dijalankan PT NSHE, proyek energi yang sejak awal menuai penolakan akademisi dan organisasi lingkungan karena berdiri di habitat genting orangutan Tapanuli, turut meninggalkan jejak besar.
Proyek ini menebangi lebih dari 350 hektare hutan di sepanjang 13 kilometer aliran sungai.
Selain memicu sedimentasi tinggi dari limbah galian terowongan, proyek ini juga memengaruhi fluktuasi debit air yang mengganggu kehidupan sungai.
Artikel Terkait
Beda dengan Omongan Luhut, Rosan Bilang Belum Ada Kesepakatan Restrukturisasi Utang Whoosh dengan China
Ada Aset Bakal Diambil China Jika Indonesia Gagal Bayar Utang Whoosh? Agus Pambagio Ungkap Ucapan Luhut
Respons Luhut Pandjaitan soal Polemik Bandara IMIP: Legal atau Anomali?
Luhut Klarifikasi Polemik Bandara IMIP: Soal Izin, Jokowi, Hilirisasi, dan Hubungan Investasi dengan Tiongkok
Kelar Tinjau Korban Banjir Sumatra: Prabowo Panggil Luhut ke Istana, Duduk Saling Tatap Bahas Persoalan Ini