KONTEKS.CO.ID - Banjir bandang yang menewaskan ratusan warga di berbagai wilayah Sumatra disebut jauh lebih mematikan dibandingkan peristiwa serupa di Thailand, Vietnam, dan Filipina.
Para ahli menilai tingkat kerusakan hutan di Sumatra menjadi faktor penentu yang memperparah bencana.
Menurut pengamat klimatologi lingkungan Universitas Gadjah Mada, Bayu Dwi Apri Nugroho, deforestasi jangka panjang telah memperparah kondisi daerah aliran sungai.
Baca Juga: Tiga Bandara Siaga Operasi Cuaca, BMKG Ingatkan ‘Early Warning’ Harus Jadi ‘Early Action’
Penebangan, pembukaan lahan, hingga aktivitas pertambangan menyebabkan kawasan hulu kehilangan kemampuan menyerap air.
Bayu menjelaskan, hilangnya tutupan hutan membuat curah hujan ekstrem dalam waktu singkat langsung memicu luapan sungai.
Material kayu dan puing besar yang terseret dari kawasan hutan rusak kemudian menghantam permukiman dan infrastruktur.
Baca Juga: BMKG Ungkap Potensi Cuaca Ekstrem Jelang Puncak Nataru, Jangan Diremehkan
“Ketika hutan hilang, kemampuan tanah menyerap air menurun drastis. Curah hujan yang tidak terlalu lama saja bisa menyebabkan banjir besar,” ujarnya, baru-baru ini.
Bayu menambahkan, kondisi seperti ini jarang ditemukan dalam banjir besar di Thailand, Vietnam, atau Filipina yang tingkat kerusakan hutannya tidak separah Indonesia.
“Kerusakan hulu sungai kita jauh lebih parah dibanding negara-negara itu,” katanya.***
Artikel Terkait
Banjir Bandang dan Longsor di Sumatra, Presiden Prabowo: Ramalan yang Terburuk Sudah Lewat
Video Viral Pengakuan Korban Banjir di Sibolga Jarah 3 Mi Instan dan Sebotol Air Mineral dari Minimarket: Saya Bayar Jika Sudah Pulih
Data Basarnas: 447 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang dan Longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar
Pascabencana Banjir-Longsor, Satgas PKH Bakal Dikerahkan Dalami Dugaan Kerusakan Hutan Sumatera