• Minggu, 21 Desember 2025

COP30, AMAN Persoalkan Sejumlah Istilah Asing yang Kian Sengsarakan Masyarakat Adat

Photo Author
- Jumat, 14 November 2025 | 22:08 WIB
Sekjen AMAN, Rukka dan masyarakat adat tunjukkan poster protes dari atas kapal di Sungai Amacon dalam momentum COP30 Brasil. (Dok. Istimewa/JustCOP)
Sekjen AMAN, Rukka dan masyarakat adat tunjukkan poster protes dari atas kapal di Sungai Amacon dalam momentum COP30 Brasil. (Dok. Istimewa/JustCOP)

KONTEKS.CO.ID – Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) persoalkan sejumlah istilah baru yang mulai masuk ke wilayah adat.

Sejumlah istilah tersebut, yakni perdagangan karbon, ekonomi hijau, energi hijau, transisi energi berkeadilan, dan green jobs.

Alih-alih membawa kesejahteraan bagi masyarakat adat, istilah asing itu justru menambah ancaman baru dan kian sengsarakan mereka. 

Baca Juga: Pemerintah Indonesia Didesak Setop Kekerasan dan Segera Sahkan RUU Masyarakat Adat dari Sungai Amazon

“Masyarakat adat kini malah menghadapi stigma dan diskriminasi akibat proyek-proyek yang mengatasnamakan energi hijau,” kata Rukka Sombolinggi, Sekjen AMAN dilansir pada Jumat, 14 November 2025.

Rukka menyampaikan pernyataan tersebut dari ari atas kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace yang berlayar menyusuri Sungai Amazon, Brasil. 

Rainbow Warrior bersama 200 perahu dari 60 negara berlayar menyusuri Sungai Amazon pada perhelatan Konferensi Para Pihak ke-30 atau COP30-UNFCCC di Belém, Brasil.

Baca Juga: WALHI: Pendanaan Transisi Energi Bersih Harus Tempatkan Masyarakat Adat Sebagai Penerima Manfaat

Armada perahu (fortilla) ditumpangi lebih dari 5.000 orang perwakilan masyarakat adat, termasuk Rukka dan Fransiska Rosari Clarita You, seorang anak muda dari wilayah adat Pulau Papua.

Barisan perahu itu berlayar sambil menyuarakan kecaman atas solusi iklim palsu dan menegaskan jawaban untuk dunia yang berkelanjutan adalah masyarakat adat.

Dari barat, terdapat armada Yaku Mama (Ibu Air), masyarakat adat yang melintasi 3.000 kilometer melintasi sungai Amazon menuju arena COP30.

Baca Juga: Guru Besar Unpad Sebut Pendapatan Masyarakat Adat Berpotensi Lebih Tinggi dari UMR

Armada meluncur pada pertengahan Oktober dari tepi Sungai Napo di Coca, Ekuador, dengan perahu-perahu yang dihiasi spanduk bertuliskan "Akhiri Bahan Bakar Fosil–Keadilan Iklim Sekarang".

Dari selatan, ada The Answer Caravan dari Mato Grosso–pusat produksi kedelai dan jagung Brasil. Kapal dipimpin masyarakat adat terhormat Rãoni Metuktire dan pemenang penghargaan Goldman Alessandra Korap Munduruku.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Setiawan Konteks

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X